Koordinator acara, Bagoes Satrio, menambahkan bahwa kolaborasi budaya menjadi kekuatan utama dalam Lengger Bicara 2025. Tahun ini akan melibatkan unsur seni tradisional seperti ebeg, gondolio, barongsai, hingga calungsai, yang disebutnya sebagai bentuk transformasi lengger menuju pertunjukan seni khas Banyumas yang utuh.
“Tahun lalu kita mengajak 10 ribu orang untuk menari bersama, siapa saja boleh bergabung asal mau njoged. Tahun ini kita lebih menitikberatkan pada kualitas pertunjukan. Terutama untuk ‘Satria Swarna’ yang akan ditampilkan Minggu malam, itu benar-benar pertunjukan yang terkonsep,” jelasnya.
Selain itu, pertunjukan drama tari musikal yang diangkat dari tokoh Srinthil dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari juga akan turut disajikan sebagai bagian dari acara.
“Kita juga menghadirkan Mahakarya Nusantara, di mana 100 anak Banyumas akan menarikan tarian dari Sabang sampai Merauke. Meski itu bukan tarian dari daerah mereka, mereka harus bisa membawakannya dengan baik,” tutur Bagoes.
Tak hanya menampilkan sendratari kolosal, acara puncak juga akan memberikan penghormatan kepada tiga maestro seni Banyumas dalam segmen Tribute to Maestro. Ketiganya adalah Ahmad Tohari di bidang sastra, Narsih sebagai penari lengger legendaris, dan R. Soetedja di bidang musik tradisional Banyumas.
Penasihat Yayasan Lengger Bicara Andy F Noya, turut hadir dan memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini. “Di tengah situasi ekonomi yang sedang tidak menentu, kami bersyukur bisa mendapatkan dukungan penuh untuk menyelenggarakan acara ini,”ujarnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait