Kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Cilacap. Kepala PSDA Cilacap, Hamzah Syafroedin mengungkapkan bahwa Kutawaru merupakan bagian dari ekosistem mangrove terbesar di Segara Anakan yang menjadi ikon lingkungan di Cilacap.
“Semula kita punya sekitar 4 ribu hektare lahan mangrove, namun kini sudah berkurang. Semoga Kegiatan ini bisa membantu pelestarian kawasan tersebut,” jelas Hamzah.
Selain Pemkab Cilacap, dukungan datang dari kalangan masyarakat bahkan akademisi. Suradi, pegiat mangrove dari Kutawaru menekankan bahwa kehadiran ITC melalui program PEPES SEGA KECAP (Pemberdayaan Ekonomi Pesisir Segara Anakan Kabupaten Cilacap) telah membawa perubahan signifikan.
“Dulu di Sembir tidak ada bengkel nelayan, tidak ada pemberdayaan. Sekarang banyak hal berubah” katanya.
Setelah tahun 1990-an warga setempat mencoba menanam tanaman mangrove untuk pelindung dari abrasi. Foto: Saladin Ayyubi/ iNews Purwokerto
Suradi menceritakan jika kondisi wilayah desanya dulu sangat berbeda dengan sekarang. Masyarakat kini lebih senang dengan banyaknya tanaman mangrove.
“Sekarang banyak tambak, karena masyarakat sudah banyak yang budidaya kepiting dan udang. Jadi mereka kini sangat merasakan manfaat adanya hutan mangrove di sekeliling desanya,” ujar Suradi. Ia juga menekankan pentingnya mangrove dalam menyerap panas dan mencegah pendangkalan laut di Segara Anakan di Kutawaru Cilacap.
Bayu Aji Girawan, Wakil Direktur Bidang Akademik Politeknik Negeri Cilacap (PNC) menyatakan bahwa PNC siap mendukung program yang berkaitan dengan riset dan pengabdian kepada masyarakat.
“Kami sudah melakukan riset yang berfokus pada lingkungan mangrove dan siap terus berkolaborasi untuk mendukung program ini,” katanya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait