Ia juga menyoroti sikap pemerintah daerah yang dianggap lebih mengutamakan kepentingan ekonomi dibanding keselamatan warga.
“Pemerintah daerah karena menganggap pajaknya lebih penting dari keselamatan warganya, hanya karena mereka menghitung keuntungan untuk daerahnya, tapi warganya jadi korban,” ucapnya dengan nada kecewa.
Erwin menambahkan, warga sudah lama meminta pembuatan tanggul penahan tanah, namun permintaan itu tidak pernah ditindaklanjuti.
“Rumah yang terdampak ada tiga, satu rata dengan tanah, dua lainnya rusak berat. Sepanjang lereng itu banyak rumah yang terancam. Sudah lama kami khawatir, tapi tidak dihiraukan,” katanya.
Menurutnya, pertemuan antara pihak perusahaan tambang dan instansi pemerintah memang pernah dilakukan, namun warga tidak pernah dilibatkan secara langsung.
“Dari dinas yang berkaitan katanya ada lawatan ke atas, tapi warga tidak tahu. Jadi pertemuan antara pihak semen dengan dinas itu tanpa menghadirkan kami. Keluh kesah warga tidak didengar,” ujar Erwin.
Longsor di Darmakradenan diduga kuat berasal dari area tambang batu kapur yang menjadi sumber bahan baku Semen Bima, produk dari PT Sinar Tambang Arthalestari (PT STAR). Lokasi tambang itu berada tidak jauh dari pemukiman warga dan hanya berjarak beberapa kilometer dari titik kejadian.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait
