Helmi menambahkan bahwa inovasi turunan sawit semakin beragam, mulai dari rompi, batik sawit, balsam, hingga produk kecantikan. Ia mencontohkan perajin batik di Yogyakarta yang omzetnya meningkat dari ratusan juta menjadi miliaran rupiah setelah beralih memakai bahan berbasis sawit.
BPDP menargetkan 1.000 UMKM perkebunan naik kelas melalui beragam pameran produk sawit, kakao, dan kelapa. “Batik sawit dulunya ratusan juta, sekarang miliaran. Ini bukti UMKM bisa tumbuh bersama BPDP,” jelasnya.
Wakil Dekan Fakultas Pertanian Unsoed, Dr. Khavid Faozi, menilai produk sampingan sawit memiliki nilai tambah besar, terutama dalam pemanfaatan biomassa dan komoditas ekspor seperti lidi. Ia menekankan pentingnya bibit unggul, lingkungan, dan standar budidaya untuk meningkatkan produktivitas.
Sementara itu, Media Relations GAPKI Mochamad Husni menekankan bahwa Indonesia memiliki iklim ideal untuk tanaman sawit sehingga produktivitasnya lebih tinggi dibanding negara lain. “Ini berkah Tuhan. Tugas kita bersama, termasuk jurnalis, adalah menangkal kampanye negatif dengan riset dan informasi akurat,” terangnya.
Ia menambahkan, industri sawit tidak hanya menopang ekspor, tetapi juga menggerakkan ekonomi daerah. “Penjualan TBS mencapai Rp200 triliun per tahun. Belanja pegawai, kebutuhan pokok, hingga pertumbuhan wilayah transmigrasi banyak ditopang industri ini,” ujarnya. GAPKI berharap kolaborasi media dan akademisi dapat memperkuat narasi positif sawit di tengah tekanan informasi dari luar negeri.
Ketua Pelaksana Workshop, Qayuum Amri, menyampaikan bahwa kegiatan ini terselenggara berkat dukungan BPDP, DMSI, GAPKI, dan Asian Agri. Ia menuturkan bahwa saat ini terdapat sedikitnya 32 jenis produk UMKM berbasis sawit, mulai dari cokelat sawit, kopi sawit, abon sawit, parfum, biskuit, helm sepeda, hingga rompi. “Dari kepala sampai kaki ada produk berbahan sawit,” katanya.
Workshop digelar selama dua hari dan diakhiri dengan kunjungan ke UMKM Berkah Kita di Baturaden, Purwokerto, yang memproduksi lilin aromaterapi dari minyak jelantah. Qayuum menambahkan bahwa persebaran UMKM sawit sudah merata di berbagai daerah, mulai dari Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jawa, Sulawesi Barat, Banten, hingga Kalimantan Timur. Produk-produk turunan sawit juga mulai memasuki pasar internasional seperti Pakistan dan Timur Tengah.
“Jangan hanya menjadi penjual, jadilah produsen karena nilai tambahnya besar. Kami ingin UMKM naik kelas dan menjadi kebanggaan industri sawit nasional,” tandasnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait
