Berdiri 1980, Ini Kisah Perjalanan Bioskop Purwokerto yang Pertahankan Poster Lukisan di Era Digital

Arbi Anugrah
Berdiri tahun 1980, bioskop Rajawali Cinema telah melalui banyak perjalanan hingga bertahan sampai saat ini, apalagi diera digital seperti sekarang ini. (Foto: Arbi Anugrah)

Sementara menurut Parsan, pelukis poster film mengatakan jika dirinya sangat senang ketika hasil lukisan film nya diapresiasi banyak orang hingga viral beberapa waktu belakangan.

"Rasanya seneng banget, pada ngelihat gambarku, padahal gambar yang dianggap bagus, saya pikir cuma biasa saja. Kok penontonnya pada jeprat jepret pakai handphone," tutur bapak lima anak ini.

Dia mengungkapkan jika pertama kali lukisan poster film nya di apresiasi penonton bioskop saat penayangan film Joker. Saat itu ada salah satu penonton yang ingin membeli poster lukisan film yang masih berada di atas daftar tayangan film.

"Owh iya (film) Joker, dulu ada film Joker dan ada orang Purbalingga naksir gambar itu, lalu diambil ya sudah monggo (silahkan). Lalu dibelikan tripleks baru, saya gampang bikin lagi, lalu dipasang dan bikin yang beda lagi dari yang itu sebelumnya, warnanya lebih banyak. Saya kira gambar jelek, tapi ternyata ada orang suka," ungkapnya.


Tangannya sangat lihai meliukkan kuas cat membentuk gambar film yang akan ditayangkan. (Foto: Arbi Anugrah)

Lukisan nya dulu bukan hanya tampil di dafta tayang film, namun juga dipasang di mobil publikasi yang akan berkeliling mempromosikan film. Saat itu, dirinya belajar dari pendahulunya, hingga akhirnya ia bisa melukis sendiri.

" Waktu pertama (melukis poster film) itu kalau tidak salah bintang film-nya masih kurang paham, kalau tidak salah film barat, Stone Cold Dead, bintangnya saya lupa, itu tahun 1990an. Saya lukis itu untuk dipasang bagian belakang mobil publikasi keliling," jelasnya.

Meskipun demikian, Parsan juga memiliki ketakutan ketika melukiskan poster film, khususnya artis dalam negeri.

"Kesulitannya kalau bintang-bintang film Indonesia ganteng dan cantik, saya takut tidak mirip, kadang saya kasih judul saja. Karena takut tidak mirip nanti dimarahin orang. Beda kalau orang orang barat, kurang sedikit tidak kelhatan, karena hidungnya mancung-mancung dan ganteng-ganteng," ceritanya.

Ia pun mengaku jika akan tetap melukis poster film hingga perusahaan tidak lagi membutuhkannya. "Selama perusahaan membutuhkan saya, saya tetap kerjain sebisanya saya, semampunya saya. Mampunya seperti itu ya monggo (silahkan) adanya seperti itu, saya bukan pelukis profesional, hanya pelukis – pelukis biasa seperti itu," imbuhnya.

 

 

 

 

Editor : Arbi Anugrah

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network