CILACAP, iNews.id - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Cilacap, Sarjono berharap tumpahan minyak yang berada di perairan Kabupaten Cilacap segera teratasi. Pasalnya, dampak akibat pencemaran minyak ini jika tidak segera tertangani sangat berpengaruh terhadap nelayan kedepannya.
"Efek bagi nelayan kalau ada kebocoran seperti ini banyak sekali, terutama ke biota laut. Kalau seperti ini (tidak meluas) saya kira masih bisa dibersihkan. Tapi kalau yang sudah keluar ke perairan lepas itu yang bisa mematikan biota laut," kata Sarjono kepada wartawan, Selasa (28/6/2022).
Dia mengatakan, jika tumpahan minyak ini tidak segera ditangani dan meluas ke lautan lepas bisa berimbas pada menurunnya pendapatan ikan tangkap nelayan.
"Makanya saya minta pada pihak Pertamina supaya secepatnya membersihkan. Kalau ada kejadian seperti ini ikan biasanya berkurang, pendapatannya tidak seperti biasa, mungkin karena bau dari pada minyak itu," ujarnya.
Dia mengungkapkan, pada waktu normal, nelayan biasanya mendapatkan ikan sekitar 50-100 kilogram. Namun jika perairan Cilacap yang tercemar tumpahan minyak tidak segera ditangani, dimungkinkan pendapatan nelayan bisa menurun hingga 75 persen.
"Pas musim ikan biasanya bisa kena banyak, tapi kalau kayak gini ya bisa turun drastis sampai 75 persen dari penghasilan nelayan. Kalau normalnya nelayan harian bisa dapat 100 kilogram atau 50 kilogram.
"Untuk dampak kembali normal lagi, harapan kami jangan terlalu lama, 1-2 hari atau seminggu sudah selesai dampaknya, supaya nelayan bisa melaut lagi dan mendapatkan hasil sesuai dengan harapan," ucapnya.
Dia sendiri mengungkapkan jika jumlah nelayan yang terdampak akibat tumpahan minyak ini belum didata. Namun dari dua daerah yang terdampak saat ini seperti wilayah Tambakreja dan Sentolo Kawat, setidaknya terdapat kurang lebih sekitar 2000-an nelayan.
"Nelayan yang terdampak belum kami data, Sementara baru wilayah Tambakreja sama Sentolo Kawat. Di dua daerah itu anggota kami kurang lebih 2000-an nelayan," ucapnya.
Dia menjelaskan jika kejadian serupa pernah terjadi sekitar 6-7 tahun lalu. Di mana imbas akibat pencemaran tumpahan minyak berdampak hingga waktu seminggu.
"Sudah sering saya sampaikan, kebocoran ini jangan sampai terulang lagi. Ini sudah lama memang, beberapa tahun baru kejadian lagi. Harapan kami supaya Lebih safety lagi dari Pertamina. Terakhir itu sekitar 6-7 tahun yang lalu, itu lama waktu (pembersihan) ada seminggu," ungkapnya.
Maka dari itu, nelayan sangat antusias ketika melakukan pembersihan tumpahan minyak ini. Hal itu untuk mengantisipasi agar limbah tersebut tidak menyebar akibat pasang air laut.
"Saya sudah monitor, katanya sudah mulai di datangi di wilayah Timur khususnya di wilayah Sentolo Kawat, di sana sudah mulai ada penyedotan," jelasnya.
Pihaknya sendiri sementara ini belum mengajukan ganti rugi, pihaknya masih fokus pada penanganan oleh Pertamina untuk pendataan dari nelayan yang ikut serta membantu mengambil dari pada tumpahan minyak.
Sebelumnya diberitakan PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Unit Cilacap sigap lakukan pembersihan ceceran minyak di area perairan Cilacap. Saat ini Tim internal langsung turun untuk melakukan penanggulangan kejadian di sekitar Dermaga Wijayapura dan Area 70 yang terdampak ceceran minyak.
Menurut Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Kilang Cilacap, Cecep Supriyatna menyebutkan, pasca ceceran minyak Senin sore (27/6) kemarin, pihaknya telah sigap melaksanakan prosedur penanggulangan melalui beberapa tahapan.
“Tim telah melakukan penanganan dan pembersihan di area tersebut,” ujar Cecep dalam keterangannya, Selasa (28/6/2022).
Dia menjelaskan, hingga saat ini ceceran minyak sudah bisa dikendalikan. “Tim masih terus kami kerahkan untuk memastikan kondisi perairan kembali bersih,” imbuh Cecep.
Cecep menjelaskan bahwa penyebab terjadinya ceceran minyak sampai saat ini dalam penelusuran.
“Karena peristiwa itu terjadi di area operasional kami, sehingga saat ini kami fokuskan dulu untuk segera melakukan pembersihan area perairan terdampak,” jelasnya.
Editor : Arbi Anugrah