Selain itu kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.
Pada kondisi puncak kemarau saat ini di Jawa, beberapa tempat yang berada pada ketinggian, terutama di daerah pegunungan, diindikasikan akan berpeluang untuk mengalami kondisi udara permukaan kurang dari titik beku 0 derajat Celsius.
Hal itu disebabkan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang dari pada dataran rendah sehingga sangat cepat mengalami pendinginan, lebih lebih pada saat cuaca cerah tidak tertutup awan atau hujan. Uap air di udara akan mengalami kondensasi pada malam hari dan kemudian mengembun untuk menempel jatuh di tanah, dedaunan atau rumput.
Air embun yang menempel dipucuk daun atau rumput akan segera membeku yang disebabkan karena suhu udara yang sangat dingin, ketika mencapai minus atau nol derajat, sehingga terjadilah embun upas/embun beku di daerah tersebut. Di Indonesia, beberapa tempat pernah dilaporkan mengalami fenomena ini, yaitu daerah dataran tinggi Dieng, Gunung Semeru dan pegunungan Jayawijaya, Papua. Kejadian embun beku merupakan fenomena yang dapat terjadi dan biasa terjadi tiap tahun. Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fenomena Embun Upas di Dataran Tinggi Dieng dapat terjadi jika memenuhi syarat dan ketentuan sebagai berikut:
1. Memasuki bulan-bulan musim kemarau (Mei-September), anomali jika terjadi pada musim hujan.
2. Suhu udara di bagian selatan Jawa Tengah terasa lebih dingin (biasanya suhu maksimum tidak lebih dari 30 derajat celcius).
3. Di tempat kejadian langit cenderung bersih awannya (clear sky), tidak terjadi hujan dan udara dekat permukaan lebih dingin saat malam hingga pagi hari (mendekati atau bahkan dibawah 0 derajat celcius ini juga yang terjadi di Dataran tinggi Dieng).
4. Rendahnya kelembaban udara di tempat kejadian maupun daerah sekitarnya.
Editor : EldeJoyosemito