get app
inews
Aa Read Next : Jadwal Buka Puasa Hari Ini Purwokerto Minggu 7 April 2024

Fenomena Embun Es di Dieng, Begini Penjelasan BMKG

Selasa, 26 Juli 2022 | 07:33 WIB
header img
Embun beku di dedaunan. (Foto: Istimewa)

BANJARNEGARA, iNewsPurwokerto.id - Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau pada Juli - September. 

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang Sutikno embun upas atau bun upas menurut penduduk Dieng adalah embun racun. Fenomena ini ketika suhu menjadi sejuk, lantas turunlah embun-embun yang dingin lagi beku. 

“Dinamai upas karena memang efeknya membuat tanaman mati tersiakan. Kerusakan tersebut tidak dapat dihindari jika embun beku tiba lebih awal sebelum masa panen. Selain memberikan dampak negatif, embun beku dieng juga ternyata mendatangkan dampak positif lainnya,”jelasnya pada dalam rilis yahg diterima iNewsPurwokerto.id pada Selasa (26/7/2022).

Beberapa faktor yang mungkin berperan terbentuknya embun beku yang didahului suhu dingin ekstrem di Dieng antara lain adalah gerak semu matahari, intrusi suhu dingin dan laju penurunan suhu terhadap ketinggian. Dalam catatan kami, kejadian fenomena embun upas di kawasan Dataran Tinggi Dieng Banjarnegara pada Tahun 2021 diawali pada Bulan Mei, tepatnya tanggal 10 Mei 2021. Kejadian berikutnya terjadi pada tanggal 7 Juli 2021 dan berita terakhir di tahun 2021 menyebutkan terjadi lagi selama 2 (dua) hari berturut-turut pada tanggal 15-16 Juli 2021. 

Kemudian pada tahun 2022 embun upas terjadi lebih dini yakni di awal tahun 2022 tepatnya tanggal 04 Januari 2022. Ini merupakan suatu anomaly dari suatu kejadian embun upas yang disebabkan kondisi meteorologis saat itu memenuhi syarat terjadinya embun upas. Kemudian kejadian fenomena embun upas kedua di tahun 2022 terjadi pada tanggal 30 Juni 2022, dan yang terakhir disebutkan terjadi baru baru ini pada tanggal 25 Juli 2022. Dan terakhir pada Selasa 26 Juli 2022 hari ini.

“Fenomena suhu dingin malam hari dan embun beku di lereng pegunungan Dieng lebih disebabkan kondisi meteorologis dan musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung. Pada saat puncak kemarau, memang umumnya suhu udara lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering,”jelasnya.

Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa. Itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan. 

Selain itu kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara. 

Pada kondisi puncak kemarau saat ini di Jawa, beberapa tempat yang berada pada ketinggian, terutama di daerah pegunungan, diindikasikan akan berpeluang untuk mengalami kondisi udara permukaan kurang dari titik beku 0 derajat Celsius. 

Hal itu disebabkan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang dari pada dataran rendah sehingga sangat cepat mengalami pendinginan, lebih lebih pada saat cuaca cerah tidak tertutup awan atau hujan. Uap air di udara akan mengalami kondensasi pada malam hari dan kemudian mengembun untuk menempel jatuh di tanah, dedaunan atau rumput. 

Air embun yang menempel dipucuk daun atau rumput akan segera membeku yang disebabkan karena suhu udara yang sangat dingin, ketika mencapai minus atau nol derajat, sehingga terjadilah embun upas/embun beku di daerah tersebut. Di Indonesia, beberapa tempat pernah dilaporkan mengalami fenomena ini, yaitu daerah dataran tinggi Dieng, Gunung Semeru dan pegunungan Jayawijaya, Papua. Kejadian embun beku merupakan fenomena yang dapat terjadi dan biasa terjadi tiap tahun. Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fenomena Embun Upas di Dataran Tinggi Dieng dapat terjadi jika memenuhi syarat dan ketentuan sebagai berikut:

1. Memasuki bulan-bulan musim kemarau (Mei-September), anomali jika terjadi pada musim hujan.
2. Suhu udara di bagian selatan Jawa Tengah terasa lebih dingin (biasanya suhu maksimum tidak lebih dari 30 derajat celcius).
3. Di tempat kejadian langit cenderung bersih awannya (clear sky), tidak terjadi hujan dan udara dekat permukaan lebih dingin saat malam hingga pagi hari (mendekati atau bahkan dibawah 0 derajat celcius ini juga yang terjadi di Dataran tinggi Dieng).
4. Rendahnya kelembaban udara di tempat kejadian maupun daerah sekitarnya.

 

Editor : Elde Joyosemito

Follow Berita iNews Purwokerto di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut