BANJARNEGARA, iNewsPurwokerto.id-Kawasan dataran tinggi Dieng, yang berada di perbatasan antara Banjarnegara dan Wonosobo di Jawa Tengah (Jateng), kembali mengalami fenomena embun beku.
Fenomena embun beku yang biasanya muncul pada musim kemarau ini mendapatkan perhatian dari Stasiun Meteorologi Semarang.
Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Sutikno, mengungkapkan empat fakta terkait fenomena ini. Berikut adalah faktanya:
1. Apa itu embun beku?
Secara meteorologi, fenomena ini dikenal sebagai frost atau embun beku. Embun beku berbeda dengan salju yang terbentuk sebagai partikel presipitasi di atmosfer. Embun beku merupakan munculnya butiran es di permukaan. Masyarakat lebih mengenalnya sebagai embun upas.
2. Mengapa terjadi fenomena embun beku?
Secara klimatologis, tekanan udara pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) lebih tinggi di Benua Australia (tekanan tinggi) dibandingkan dengan Benua Asia (tekanan rendah). Angin yang berhembus dari Australia menuju Asia melewati Indonesia dan umumnya menandai dimulainya periode musim kemarau seiring dengan aktifnya monsun Australia.
Pada musim kemarau, tutupan awan sangat minim, sehingga pada siang hari, matahari terasa sangat terik dengan peningkatan suhu udara. Hal ini terjadi karena tidak ada objek di langit yang menghalangi sinar matahari, sehingga penyinaran matahari yang merupakan gelombang pendek mencapai maksimum pada siang hari.
Sama seperti siang hari, radiasi yang dipancarkan kembali oleh permukaan bumi pada malam hari juga optimum karena langit tidak tertutupi awan. Pancaran radiasi gelombang panjang dari bumi ini menyebabkan penurunan suhu yang signifikan pada malam hari, mencapai puncaknya sebelum matahari terbit (waktu ketika suhu minimum umumnya tercapai).
Editor : EldeJoyosemito