get app
inews
Aa Text
Read Next : Tajamkan Strategi, Paslon Sadewo-Lintarti Gelar Rapat Pemantapan Tim Pemenangan

Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda, Ini Sekilas Tradisi Ebeg di Banyumas

Senin, 01 November 2021 | 19:01 WIB
header img
Ebeg, Kesenian khas Banyumas (Foto : Aryo Rizqi)

PURWOKERTO, iNews.id - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan makanan mendoan dan kesenian Ebeg khas Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menjadi warisan budaya tak benda (WBTb) Indonesia. Penetapan tersebut dilakukan dalam sidang warisan budaya takbenda Indonesia 2021 di Hotel Millenium sejak 26-30 Oktober 2021 lalu.

"Untuk ebeg, sampai harus dua kali sidang untuk mempertahankan argumen. Sebab, kesenian secara bentuk pementasannya memiliki kemiripan dengan di daerah lain, seperti Embleg di Banjarnegara, Jathilan di Purworejo, dan kuda lumping di Jawa Timur. Tapi, secara substansi di Banyumas namanya ebeg," kata Kepala Seksi Nilai Tradisi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Mispan.

Dengan ditetapkannya ebeg sebagai warisan budaya takbeda, lalu bagaimana sebenarnya tradisi ebeg di Banyumas. Berikut sekilas tentang ebeg seperti dirangkum dari beberapa sumber, Senin (1/11/2021).

Sebaran Ebeg tidak di seluruh  Jawa Tengah, hanya ada di beberapa daerah dengan nama yang berbeda-beda. Di Purbalingga namanya Embeg, di Banjarnegara namanya Embleg, Cilacap namanya Ebleg, dan di Purworejo namanya Jathilan. Namun substansinya dalam istilah Banyumas yang dipakai adalah Ebeg.

Dengan memakai riasan putra gagah, alis njegrag keatas hampir menyerupai alisnya Werkudara. Tebalnya riasan tidak setebal Werkudara dan tidak memakai make up warna merah- merah. Penimbal/pawang Ebeg atau dalang memakai baju hitam.

Selain itu kostum Tradisi Ebeg diantaranya menggunakan jamang Ebeg/ Irah-irahan memakai Sumping, memakai klat bahu di lengan tangan. Baju putih lengan panjang / kaos panjang, kalung kace, celana tiga perempat, jarit atau keci, stagen, slepe/sabuk, barosamir kanan,kiri, binggel atau gelang kaki, sampur atau selendang.

Kemudian pagelaran ebeg biasanya dilakukan di tempat-tempat yang cukup lapang seperti di kebun yang terdapat tanah kosong, di lapangan dan di sawah yang kering.

Ketika Ebeg dijadikan sarana permohonan kepada Tuhannya agar turun hujan dilakukan di tengah-tengah sawah pada siang hari. Tradisi memohon turunnya hujan adalah agar tidak terjadi gagal panen. Adapun tujuan pentas pada masa dahulu pada masyarakat pedesaan untuk hiburan pada masyarakat sekitarnya. 

Lambat laun Ebeg memiliki nilai seni yang menawan hati masyarakat, mulailah tradisi tari ebeg ditanggap di rumah-rumah penduduk atau orang yang punya ujar (ketika anaknya sudah sembuh dari sakit akan ditanggapkan tari Ebeg). Tanggapan Ebeg bisa untuk acara khitanan atau pernikahan.

Lebih menarik lagi di jaman dahulu ketika masa kolonial Belanda, dimana pabrik gula tebu yang akan beroperasi atau giling maka akan nanggap ebeg, lengger dan sejenisnya supaya tidak ada sambekala/hambatan-hambatan dalam proses penggilingan tebu menjadi gula. 

Disamping itu juga pemerintah nanggap dalam rangka pembukaan kegiatan dan lainnya, Ebeg dilakukan di siang hari.

Sebaran Ebeg tidak disemua wilayah Jawa Tengah ada karena pasca perang Diponegoro VOC melakukan float-float atau pembagian wilayah kekuasaan. Kebetulan Banyumas sendiri dibagian wilayah ujung barat dan yang pro atas perjuangan Diponegoro, maka dalam masyarakat pedesaan inilah muncul tarian ebeg yang menggabarkan kegagahan, dinamis, agresif, yang menggambarkan keprajuritan.

Walaupun ada beberapa kabupaten dan kota yang meniru gerakan-gerakan ebeg, di Banyumas data per tahun 2018 ada 212 grup paguyuban Ebeg. Data tahun 2019 ada 258 grup paguyuban Ebeg. 

Upaya upaya Pemerintah daerah dalam melindungi seni budaya Ebeg adalah diantaranya pada saat pandemi Covid -9 yaitu lomba pementasan ebeg secara virtual, hal tersebut merupakan bagian dari upaya bantuan bagi seniman yang terdampak Covid 19, melalui Paguyuban Ebeg Banyumas.

Adanya inventaris data paguyuban ebeg di Dinas Pemuda, Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata atau Dinporabudpar, upaya pengembangan dari Pemerintah adalah diupayakan semua paguyuban yang ada di Banyumas terdaftar di Dinporabudpar agar adanya potret yang jelas terhadap paguyuban yang ada beserta anggotanya by age. 

Secara berkala Dinporabudpar memberi bimbingan pada para paguyuban di setiap Kecamatan. Upaya pemanfaatan Ebeg sebagai bagian dari muatan lokal di SD karena ada unsur seni budaya, sosial dan kepatriotikan. 

Ebeg juga bagian dari seni menyambut kedatangan tamu tamu dalam acara peresmian peresmian, dan upaya pembinaan adalah menguatkan kelembagaan agar Ebeg dapat tumbuh subur dan dicintai oleh generasi muda baik putra maupun putri sebagai seni kearifan lokal Banyumas.

 

Editor : Arbi Anugrah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut