get app
inews
Aa Read Next : Menikmati Tempe Mendoan untuk Takjil Buka Puasa Ramadhan, Ini Resep dan Cara Membuatnya

Kisah Perjuangan Singadipa, Tokoh Banyumas yang Ikut Lawan Belanda Saat Perang Diponegoro

Rabu, 03 Agustus 2022 | 16:23 WIB
header img
Ilustrasi Perang Diponegoro. (Foto Istimewa)

Singadipa setelah mendengar berita bahwa Pangeran Diponegoro sudah mengungsi dan rumah di Tegalrejo dibakar oleh Belanda, seketika timbul amarahnya. Lalu dengan berdiri Singadipa bersuara lantang kepada para prajurit :”Bocah prajurit Ajibarang ! kalian telah mendengar sendiri perintah dari Pangeran Diponegoro. Sekarang juga siagakan pasukan untuk berangkat ke tapal batas sebelah Timur. 

Belanda jangan sampai masuk ke wilayah Banyumas apalagi merusak. Tumenggung Jayasinga atau Ki Ngabehi Singadipa memerintahkan putranya Ki Dipamenggala untuk tetap tinggal di tumenggungan menjaga keluarga, mengatur ketentraman para kawula, mengatur pertanian dan kirimkan ke Roma apabila musim panen tiba.

Ngabehi Singadipa, Pangeran Prawirokusumo dan Kyai Imam Misbah berunding mengatur perjalanan prajurit dan strategi pertempuran. 

Dalam strategi itu diputuskan bahwa prajurit Banyumas dibagi tiga yakni prajurit Roma dipimpin oleh Tumenggung Mertawijaya supaya menjaga
batas Roma. Kemudian Ngabehi Ranawijaya di Kertanegara menjaga wates Kertanegara. Dan ketiga adalah prajurit Ajibarang menjaga di luar batas Banyumas dan menyerang pos-pos Belanda, Bivak atau Benteng serta upaya langsung menuju Purwonegoro, membuat pesanggrahan 

Singadipa masih terus mengadakan perlawanan karena mendapatkan mandat langsung dari Pangeran Diponegoro perlawanan ini terjadi di Banyumas meski perlawanan tidak berlangsung lama namun prajurit yang tersisa untuk melakukan gerakan perang gerilya mampu merepotkan Belanda yang saat itu memperoleh bantuan dari pihak keraton Mataram karena terus tercecar dengan semakin sedikitnya prajurit Singadipa memilih mengatur strategi dengan hanya memberikan komando saja. 

Singadipa berpindah tempat dari desa ke desa hingga akhir hayatnya.

Singadipa adalah satria terakhir dalam Perang Jawa yang hampir saja berhasil menang yang jika berhasil menang, maka Belanda tidak akan bisa bertahan lama berada di Nusantara.

Kyai Ngabehi Singadipa telah wafat pada tahun 1878 Masehi, namun kharomah akan ilmu ketatanegaraan dan derajat yang dimiliki masih menjadi panutan orang-orang yang masih hidup setelahnya. Kondisi tersebut menyebabkan makam Eyang Singadipa sampai saat ini masih sering dikunjungi orang-orang untuk berziarah. 

Editor : Elde Joyosemito

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut