NEW DELHI, iNews.id - India mengalami dampak parah wabah Covid-19, lebih buruk daripada gelombang pertama. Negara itu mencatat rekor penambahan harian selama 3 hari berturut-turut, yakni Kamis sampai Sabtu (22-24/4/2021).
Pada Kamis India mencatat penambahan 314.835 kasus infeksi virus corona, sehari kemudian 332.730 kasus dan Sabtu 346.786 kasus. Angka itu melampaui rekor global penambahan harian sebelumnya yang dicapai Amerika Serikat pada Januari 2021, yakni 297.340 kasus.
Lonjakan kasus infeksi berdampak pada layanan di rumah sakit. Para pasien di rumah sakit Ibu Kota New Delhi terpaksa dibaringkan di luar rumah sakit karena harus antre, meskipun kondisi mereka kritis.
Di New Delhi satu orang meninggal setiap 5 menit. Tidak semua yang meninggal sudah menjalani tes Covid-19 untuk memastikan apakah mereka positif atau tidak, namun mengalami gejala yang mirip.
Di Rumah Sakit Guru Teg Bahadur, pasien kritis satu per satu tiba menggunakan ambulans pada Jumat. Beberapa dari mereka harus menunggu beberapa jam di troli. Ada pula yang tak bisa bertahan, seperti dialami pasien Shayam Narayan yang meninggal saat mengantre.
Shayam tentu tidak dimasukkan dalam data orang meninggal akibat Covid karena belum dites. Ironisnya, data resmi korban meninggal akibat Covid berbeda dengan kenyataan di lapangan di mana krematorium harus bekerja 24 jam nonstop, termasuk pemakaman. Itu belum termasuk warga yang mengkremasi jenazah anggota keluarga mereka secara mandiri di lapangan.
"Sistem ini telah ambruk," kata Raj, adik Shayam, dikutip dari Reuters, Sabtu (24/4/2021).
Seorang keluarga pasien, Tushar Maurya, mendesak orang yang belum mengalami kondisi serius untuk tidak dibawa ke rumah sakit. Ini karena fasilitas medis sangat terbatas.
"Staf melakukan yang terbaik tapi tidak ada cukup oksigen," katanya.
Stasiun televisi India Today merekam keluarga pasien yang mengamuk di luar rumah sakit di Ahmedabad, Gujarat.
"Orang-orang sekarat di depan rumah sakit, mereka harus menunggu ada tempat tidur," kata seorang pria.
Pemuda lain menumpahkan kemarahan kepada pemerintah yang dianggap tidak peka dengan kondisi.
"Inikah alasan kami memilih pemerintahan saat ini? Saat kami butuh, justru harus sendirian. Kemana orang miskin harus pergi," ujarnya.
Pakar kesehatan mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 di India dipicu kelengahan saat musim dingin lalu. Saat itu penambahan kasus infeksi berada di kisaran 10.000 orang per hari, angka yang dianggap terkendali. Pemerintah pun mencabut pembatasan sehingga warga lalai dari penjagaan, termasuk menghadiri acara-acara keramaian tidak menjaga jarak dan tidak mengenakan masker.
Pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi menghadapi kritik karena mengizinkan kampanye politik dan festival agama Hindu. Jutaan orang melakukan ritual mandi di Sungai Gangga.
Editor : Anton Suhartono