Hanya saja kedua kakaknya sangat menentang, lantaran mereka adalah seorang pimpinan umat di kampung.
"Yang jelas yang menentang abang. Beliau kan pemimpin umat di kampung saya," tambahnya.
Setelah menjadi seorang mualaf, Ibu Kali Marlina sempat menemui pengalaman kurang menyenangkan yaitu saat ingin belajar mengaji, dirinya harus membayar.
"Saat pertama kali belajar ngaji saat masuk Islam, saya pernah cari guru ngaji terus bilang gini, 'Kau kepingin belajar ngaji denganku, berani bayar berapa?' Dari situ saya jadi sedih," ungkapnya.
Tapi kuasa Allah Subhanahu wa ta'ala memang tidak ada yang tahu. Tidak lama setelah itu ada seorang guru ngaji yang menawarkan jasanya mengajar tanpa memungut biaya sedikit pun.
"Setelah itu Allah menujukkan jalan ketika bulan puasa ada ustadz dari Batu Layang mengajak belajar ngaji bersama. Jadi saya merasa senang akhirnya saya ikut di situ. Sampai di situ saya bisa mengajar ngaji," terangnya.
Menempuh perjalanan panjang, kini Ibu Kali Marlina menjadi seorang guru ngaji yang tak meminta bayaran kepada murid-muridnya. Ia mengajar dengan ikhlas, jika memang ada yang mengasih akan diterima. Namun jika tidak, dia tidak akan meminta. Allahu a'lam bisshawab.
Editor : Pepih Nurlelis