Menurutnya, peserta utama adalah mitra Batik Putra Serayu, namun kegiatan ini juga diikuti oleh anggota UKM Batik seputaran Banyumas dan Purbalingga.
“Rangkaian kegiatan pembuatan kain bermotif jumputan-shibori meliputi persiapan alat dan bahan, preparasi waterglass sebagai pengunci warna, preparasi zat warna, pelipatan kain sesuai pola yang dikehendaki, pewarnaan sudut warna dan bias warna, pengeringan kain, dilanjut dengan pencucian kain,”jelasnya.
Mitra berpartisipasi aktif untuk melakukan kombinasi pelipatan asimetri dan simetri untuk memperoleh pola-pola baru. Hasil pengembangan pola dicatat secara sistematis dan disusun sebagai panduan desain pola shibori.
“Sementara hasil kegiatan PKM adalah kain dengan pola-pola simetri-asimetri sesuai sebagai refleksi horizontal dan vertikal dari pola bentuk segitiga dan segiempat. Tercatat sejumlah 19 motif Shibori telah dihasilkan dari kegiatan PKM ini,”ungkapnya.
Berdasarkan respon serta saran dari peserta menunjukan bahwa kegiatan PKM sangat bermanfaat bagi peserta untuk mengembangkan desain motif.
“Dari hasil monev kegiatan PKM menunjukan bahwa rerata tingkat kepuasan peserta adalah baik (18%) dan sangat baik (80%),”jelasnya.
Seluruh peserta dalam kegiatan PKM mengaku baru pertama kali ini membuat desain motif Shibori sehingga sangat antusias. Mereka berharap ada kelanjutan untuk akulturasi teknik-teknik shibori lainnya, terutama untuk pengembangan produk ekonomi kreatif.
Menurut Ari, pelatihan kepada para perajin merupakan uoaya mempercepat pemulihan ekonomi. Makanya kami memberikan inovasi baru dalam hal desain serta kreativitas motif yang bervariasi menjadi penting untuk dilakukan.
“Sebab, masa pandemi berimbas pada pada penurunan daya beli masyarakat terhadap produk non-primer. Ini juga mengakibatkan omset penjualan di Batik Putra Serayu ikut menurun. Oleh karenanya, kami melakukan percepatan pemulihan dengan pendekatan inovasi,”tandasnya.
Editor : EldeJoyosemito