PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id – Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Oktober dan salah satu hari penting dalam sejarah Indonesia. Peringatan ini dilakukan sehari setelah peringatan pemberontakan Gerakan 30 September atau G30S PKI yang terjadi pada 1965.
Tokoh yang gugur dalam peristiwa G30S PKI kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi dan memperoleh kenaikan pangkat serta pangkat anumerta. Tokoh yang gugur tersebut kemudian diabadikan dalam sebuah Monumen Pancasila Sakti di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Peristiwa berdarah itu terjadi pada 1 Oktober 1965 dini hari, di mana terjadi penculikan sejumlah petinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).
Penculikan tersebut terjadi lantaran mereka dicurigai oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai bagian dari Dewan Jenderal yang akan meruntuhkan kekuasaan Presiden Soekarno kala itu.
Hingga akhirnya menjadi sebuah tragedi berdarah. Dari 7 orang yang ditargetkan, pasukan yang dipimpin oleh Letkol Untung menangkap 6 orang.
Dilansir dari laman Kemdikbud, tema Hari Kesaktian Pancasila 2022 yaitu “Bangkit Bergerak Bersama Pancasila”.
Mengenang 7 Pahlawan Revolusi
Lantas, sajakah 7 tokoh pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S PKI ini?
1. Jenderal Ahmad Yani
Jenderal Ahmad Yani di Purwokerto dahulu seorang yang pernah menjadi komandan Tentara Keamanan Rakyat dan beliau ikut terlibat di beberapa operasi yang penting setelah Indonesia merdeka. Salah satunya, Penumpasan DI/TII Jawa Tengah, pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, dan juga pemberontakan PRRI.
2. Letjen Raden Suprapto
Letjen Raden Suprapto seorang ajudan dari Panglima Besar Jenderal Soedirman yang pernah ikut dalam perebutan senjata Jepang juga pernah memiliki jabatan Kepala Staf Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang, Deputi Kepala Staf Angkatan Darat di Sumatera, serta Deputi II Menteri/Panglima Angkatan Darat
3. Letjen S. Parman
Letjen S. Parman yang bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat setelah Indonesia merdeka, menjadi cikal bakal adanya Tentara Nasional Indonesia. Saat belajar kemiliteran, pada tahun 1951 beliau diikutkan sekolah militer di Amerika Serikat. Tak hanya itu, beliau juga pernah menjadi perwakilan kedutaan Indonesia di Inggris.
Editor : Arbi Anugrah