"Semoga acara ini akan kembali menggairahkan budaya dan wisata Banyumas," katanya.
Sementara itu Ketua Yayasan Langgengsari, Suntoro yang juga merupakan seorang pelestari lengger lanang mengatakan, ia bersama beberapa temannya mencoba melakukan pendataan penari lengger lanang yang berada di wilayah Banyumas Raya.
“Akibat pandemi banyak seniman lengger yang berhenti beraktivitas kebudayaan. Kami mencoba melakukan mapping dan mendata kembali keberadaan mereka. Menurut kami ini penting untuk database pelestarian budaya Banyumas khususnya lengger lanang,” ujarnya.
Berdasarkan pendataan tersebut setidaknya kini Yayasan Langgengsari menemukan sekitar 85 orang pelaku seni lengger lanang yang berada di wilayah Banyumas Raya. Ada 45 penari asal Banyumas, 19 penari asal Kebumen, 10 penari asal Purbalingga dan sisanya berasal dari Banjarnegara dan Cilacap. Mereka seluruhnya adalah seniman dan pelaku budaya yang memang sebelum pandemi aktif melestarikan Budaya lengger lanang.
Ia mengatakan dalam pementasannya, pihaknya akan menggelar tarian dengan konsep lengger dari masa ke masa. Mulai dari sejarah awal lengger yang merupakan sebuah apresiasi pada sang pencipta atas kesuburan tanah Banyumas.
Selanjutnya, kata dia akan dilanjutkan dengan adanya cerita bagaimana peran para penari lengger lanang dalam masa kemerdekaan, orde lama, orde baru hingga akhirnya lengger kini bisa berbaur dengan budaya dari luar seperti asal Tiongkok dan Arab.
Semua itu akan kemas dalam tarian yang berdurasi hampir 40 menit. Sebuah sajian seni yang tidak boleh dilewatkan.
Editor : Alfiatin