get app
inews
Aa Text
Read Next : Polresta Banyumas dan PWI Gelar Bakti Sosial, Bagikan Ratusan Paket Sembako dan Takjil Gratis

Proses Produksi Gula Kelapa Terapkan Teknologi 4.0, Menperin : IKM Juga Bisa

Selasa, 07 Desember 2021 | 18:30 WIB
header img
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita secara khusus mengapresiasi Koperasi Usaha Bersama (KSU) Nira Satria yang berfokus pada pertanian gula kelapa organik dan menerapkan teknologi 4.0. (Foto : Dok Humas Kemenperin).

PURWOKERTO, iNews.id - Menteri Perindustrian (Menperin) RI Agus Gumiwang Kartasasmita secara khusus mengapresiasi Koperasi Usaha Bersama (KSU) Nira Satria yang berfokus pada pertanian gula semut atau gula kelapa organik. Koperasi yang berada di Desa Pernasidi, Kecamatan Cilongok, Banyumas ini telah menerapkan teknologi 4.0 dalam proses produksinya.

"Hari ini kita melihat implementasinya di Koperasi Nira Sartria, yang menurut kami sangat baik. Sebenarnya Koperasi Nira Satria ini bisa di jadikan percontohan, bagi IKM (industri Kecil Menengah) lain dimana sebetulnya kita bisa lihat bahwa penerapan teknologi didalam sebuah industri akan membawa nilai tambah dan bermanfaat bagi semua, bukan hanya bagi pengusahanya, tetapi bagi ekosistem yang ada di industri tersebut," kata Menperin Agus Gumiwang saat berkunjung ke KSU Nira Satria, Selasa (7/12/2021).

Menurut dia, dengan adanya digitalidsasi 4.0 sampai ke proses produksinya, buyer pasti akan memiliki keyakinan bahwa produk yang dihasilkan dari koperasi ini sangat baik. Selain itu, dalam penerapan teknologi 4.0 itu dapat mendorong efisiensi dari proses produksi.

"Pasti akan ada waktu yang dihemat dari manual menuju teknologi. Secara waktu juga ada efisiensi biaya produksi dengan adanya teknologi 4.0 yang tadi kita lihat, ada efisiensi sekitar 30 persen dari biaya produksinya. Jadi artinya memproduksi produk yang sama tapi biayanya bisa di tekan," jelasnya.

Selain itu secara kualitas, dimana teknologi 4.0 akan menjaga kualitas dan juga meningkatkan kualitas.

Dia mengungkapkan jika kedatangannya ke Banyumas secara khusus untuk melihat proses yang telah dilakukan oleh koperasi ini. Dimana dalam sambutannya di forum RCID, Regional Conference on Industrial Development, satu forum dibawah UNIDO, lembaga PBB, yang bertanggungjawab mengelola industri di negara negara PBB, Menperin sangat mengapresiasi Koperasi Nira Satria.

"Kenapa saya hari ini saya datang ke Banyumas, karerna dalam 3 forum terakhir yang saya ikuti di Jakarta dan forum forum Internasional. Dalam sambutan saya disitu, saya sebut khusus Nira Satria dan saya jadikan contoh bahwa yang pertama Indonesia sudah siap terhadap digitalisasi, lalu ini contoh betul, bahwa industri kecil dan menegah juga bisa untuk menerapkan teknologi 4.0," ucapnya.

Dia menjelaskan untuk mendukung industri kecil terhadap teknologi 4.0 termasuk biaya yang nantinya dikeluarkan, apakah masuk dalam hitungan bisnis industri kecil dan menengah. Pihaknya akan berupaya menciptakan peralatan buatan dalam negeri.

"Kita bisa kerjasama dengan perusahaan perusahaan teknologi dan permesinan, untuk dapat menciptakan peralatan buatan dalam negeri dalam rangka menjawab kebutuhan. Saya yakin teknologi 4.0 yang tadi kita lihat didalam banyak perusahaan dalam negeri yang bisa memproduksinya, mudah mudahan bisa menekan ongkos atau biaya bagi industri kecil menengah untuk bisa membeli," ujarnya.

Pihaknya mengungkapkan jika industri kecil dan menengah harus membuka mata dimana teknologi dapat membantu secafa efisien, mulai dari ongkos produksi hingga segala sisi dan segala dimensi.

Dia juga berharap penurunan penjualan di industri kecil dan menengah yang terimbas Pandemi Covid-19 dapat kembali bangkit. Pasalnya penurunan ini hanyalah momentum, karena bukan hanya Nira Satria yang kondisinya sedang tidak baik. 

"Mungkin nanti kedepan akan segera pulih. Tapi jujur saja, kalau produk dari Nira Satria sudah bisa diterima di pasar Eropa, artinya memang kualitasnya ada, kualitasnya baik. Tidak mudah menembus pasar eropa, jadi kalau sudah bisa masuk kesana bagus sekali kita akan terus dukung," ungkapnya.

Sementara menurut Ketua KSU Nira Satria, Nartam Andrea Nusa mengatakan jika Koperasi ini dibentuk mulai dari nol, dari perjuangan anak anak para petani gula kelapa atau penderes yang menginginkan bangkit dan mendapatkan harga jual yang berkeadilan. 

Hingga akhirnya Koperasi Nira Satria dapat melakukan ekspor secara mandiri mulai tahun 2017 dan memiliki sertifikat organik dari berbagai negara. Bahkan kenaikan ekspor dari koperasi ini terus meningkat sejak 2017, mulai dari 60 ton, meningkat menjadi 140 ton di tahun 2018, kemudian kembali meningkat di tahun 2019 menjadi 220 ton.

"Tahun 2020 ternyata kami dikasih bekal untuk masa pendemi, kami naik menjadi 344 ton, tapi setelah itu, 2021 turun hanya 82 ton. Tapi kita tetep semangat," kata Nartam saat berdiskusi dengan Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang dan Bupati Banyumas Achmad Husein di KSU Nira Satria.

Saat ini total petani gula kelapa beserta anggota koperasi sendiri sudah berjumlah 986 orang dan tersebar di tiga kecamatan serta sembilan desa di Banyumas. Dalam kesempatan tersebut, dia juga berharap agar pemerintah dapat membantu para eksportir membuka portal ekspor yang saat ini biaya pengirimannya sangat mahal.

"Kami hanya berharap bantuan dari pemerintah, bagaimana membuka portal untuk ekspor distribusinya agar mudah kembali, karena kami kesulitan sekali untuk bisa mengirim, sedangkan pembeli sudah menunggu, tapi kapalnya mahal, jadi kita tidak bisa kirim," ujarnya.

 

 

Editor : Arbi Anugrah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut