Pertempuran kedua ini tidak seimbang karena Pelopor yang bersenjatakan senapan ringan dan pelontar granat harus menghadapi fregat AL Malaysia yang dilengkapi meriam dan senapan mesin. Alih-alih menyerah, Amji Attak justru memerintahkan untuk bermanuver mendekati fregat.
Dia berpikir masih ada harapan pasukan Pelopor selamat atau paling tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar bagi musuh jika melakukan peperangan jarak dekat. Tembakan senapan mesin kaliber 12,7 mm dari kapal musuh perahu pertama dan anggota Pelopor di kapal tersebut tersapu tembakan. Dua perahu lainnya masih memberikan perlawanan dengan tembakan yang sengit.
Namun, segigih apapun perlawanan dari dua perahu pasukan Pelopor berakhir ketika dua tembakan meriam mengenai samping perahu. Perahu Aipda Amji Attak hancur terkena tembakan meriam dan perwira itu gugur di Laut China Selatan. Dalam pertempuran itu, hampir semua anggota gugur.
Agen Polisi Roebino yang terlibat pertempuran di Laut China Selatan selamat dengan cara berpegangan pada kaleng biskuit. Dia yang terkena tembakan di kaki kirinya diselamatkan kapal AL Malaysia dan dirawat di rumah sakit militer Johor. Roebino kemudian ditawan di kantor polisi Johor.
Sebelum dibebaskan dan dijemput rombongan Kolonel Ali Moertopo yang menjadi ketua tim perunding pembebasan tawanan Indonesia, Agen Polisi Roebino menjadi tawanan perang Angkatan Bersenjata Malaysia hingga tahun 1967.
Di tempat ini, dia mendapat penyiksaan luar biasa karena dituduh komandan pasukan penyusup. “Awalnya tidak mengakui anggota militer Indonesia dan bersikukuh seorang sukarelawan.
Namun, setelah bertemu banyak tawanan dari berbagai kesatuan barulah saya mengakui sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia dari Korps Brimob Resimen Pelopor,” ujar Roebino sebagaimana dituturkan pada buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, Januari 2013.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta