get app
inews
Aa Read Next : Kopassus, Denjaka dan Kopasgat Jaga Kunjungan Jokowi di Ukraina, Ini Keistimewaan Pasukan Itu

Kisah Heroik Denjaka Dalam Operasi Pembebasan Sandera dari Perompak Somalia

Rabu, 08 Desember 2021 | 06:23 WIB
header img
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menyambut kedatangan Satgas Merah Putih usai membebaskan Kapal MV Sinar Kudus dari perompak Somalia di Dermaga Kolinlamil Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada 22 Mei 2011 lalu. (Foto: Antara)

Mayjen Suhartono mengatakan, modus operandi perompak Somalia sesuai data yang didapatkan dari data intelijen dari satuan lain dari negara lain yang juga di sana. Kalau mereka sudah dibebaskan, mereka bisa jadi diserang oleh perompak lain. 

"Karena perompak di sana, tidak hanya satu kelompok, banyak perompak itu. Jadi, itu yang terjadi, kapal ini juga menjadi target dari perompak-perompak lain," katanya. 

Begitu pasukan TNI menyerang kapal yang dikuasai perompak dan sudah selesai, masih datang lagi perompak-perompak dari pantai. Pihaknya harus putar haluan kembali mengejar dan mencegat dari pantai agar perompak-perompak tidak masuk ke Kapal MV Sinar Kudus. 

"Jadi, proses mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan itu tidak cepat dan tidak sesederhana yang kita pikirkan. Stamina dari prajurit harus kita jaga betul karena di laut," katanya. 

Namun, prajurit memang dilatih untuk biasa menghadapi ombak yang besar, cuaca di laut yang berubah-ubah, membutuhkan stamina yang kuat. Saat melakukan aksi pengejaran, kebetulan ombak sangat besar.  

Dalam operasi pembebasan sandera dari perompak Somalia itu, Mayjen Suhartono turun ke laut dengan tiga Sea Rider melakukan pengejaran. Sea rider tersebut diturunkan dari KRI Yos Sudarso-353 dan KRI Halim Perdanakusuma-355 sebagai pusat komando kekuatan pasukan marinir dari Denjaka. 

Saat itu, Suhartono memimpin sendiri pengejaran dan berada di Sea Rider 1. "Kemudian di Sea Reader 2 itu ada Pasops saya Letkol Bramantyo  sekarang menjadi Danpus Kopaska, kemudian Sea Reader 3 itu ada Mayor Samson Sitohang, sekarang jadi ADC-nya Presiden RI, kolonel sudah," katanya saat itu. 

Dia menceritakan, tiga sea rider itu bergerak mengejar perompak dengan kondisi ombak besar. Posisinya berada paling depan sedangkan dua dua sea rider lain di kanan kiri belakang. "Jaraknya dekat, hanya sekitar 25 meter antarsea rider, tapi nggak kelihatan, karena apa, ombak besar. Kadang sama-sama di atas kelihatan, pada saat sama-sama di bawah nggak kelihatan. Itu salah satu tantangan yang kita hadapi sehingga di situlah memang harus dipersiapkan bagaimana pasukan di laut," kata Suhartono. 

Suhartono mengatakan, operasi di laut tidak mudah karena memang laut bukan habitat normak manusia yang hidup di darat.  "Mengingat laut bukan habitat normal kita, habitat normal kita ya di darat ini. Mungkin di darat jago, kuat, tapi begitu ke laut, begitu naik sea rider atau speed boat, ombak gede sedikit langsung dia mabuk," ujarnya.  

Editor : EldeJoyosemito

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut