Dia menilai bahwa perubahan iklim di wilayah Himalaya memiliki dampak penting bagi negara-negara di sekitarnya seperti Pakistan, India, Sri Lanka, Bangladesh, dan sebagian negara di Asia Tenggara.
“Selain itu, dia juga akan melakukan penelitian di bidang urban climate yang terkait dengan polusi udara yang berpengaruh pada kesehatan manusia,”jelasnya
Sepakat dengan Edvin, Joni Jupesta, ilmuwan, dosen dan peneliti aktif di The United Nations University (UNU) Tokyo, Jepang yang juga terpilih menjadi anggota TFI di IPCC, setuju bahwa bahwa mitigasi perubahan iklim perlu dilakukan lebih agresif lagi. Ke depannya, gugus tugas ini akan melakukan harmonisasi data antarnegara.
Tindakan mitigasi perubahan iklim harus dilakukan lebih agresif lagi. Perkiraan terbaru dari IPCC menunjukkan bahwa kenaikan suhu global akan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
“Kepedulian terhadap negara-negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, terutama negara-negara kecil di Pasifik Barat Daya seperti Kepulauan Samoa, Fiji, dan Tuvalu, perlu diakomodir dalam berbagai kebijakan internasional seperti pertemuan COP tentang perubahan iklim,”ujarnya.
Kedepannya, Joni berharap KTT iklim COP 28 di Dubai harus lebih ambisius lagi dalam komitmen untuk mendanai kerusakan dan kehancuran akibat perubahan iklim.
Saat ini, Eropa dan beberapa negara mengalami gelombang panas yang sangat ekstrem, dan Indonesia harus melakukan upaya untuk mencegah kebakaran hutan sebelum memasuki musim hujan.
Dengan semakin meningkatnya isu pemanasan global, Joni mengingatkan bahwa Indonesia juga harus berperan aktif dalam menangani krisis iklim untuk mencapai tujuan mitigasi perubahan iklim yang lebih kuat.
Editor : EldeJoyosemito