"Karena selalu awalnya dialogis, tapi kan kenyataannya kampanye itu kan panas, masing-masing ingin mendapatkan dukungan. Kemudian tidak selalu bisa kita jamin bahwa satu kontestan datang yang lain bisa datang, itu nanti akan menimbulkan friksi. Sementara di masyarakat bukan hanya Muhammadiyah. Pilihan politik itukan beragam dan saya yakin keputusan MK tidak memaksa institusi itu, bahkan untuk diperintahkan hanya untuk membuka ruang membolehkan," jelasnya.
Termasuk soal penyelenggaraan debat yang biasa dilakukan oleh para mahasiswa, lembaga ataupun calon kandidat partai politik. Haedar menyarankan agar dicari format penyelenggaraan debat tersebut di luar kampus.
"Menyelenggarakan debat mungkin di cari formatnya saja, bisa saja satu kampus Muhammadiyah dengan kampus lain kerjasama di luar kampus untuk melakukan debat. Sebenarnya orang Indonesia, bangsa Indonesia dan lembaga-lembaga di Indonesia itu mesti kreatif, jangan terkonsentrasi pada pola-pola yang tradisional," pungkasnya.
Editor : Arbi Anugrah