get app
inews
Aa Text
Read Next : Baznas Banyumas Salurkan Bantuan Rp300 Juta Lebih untuk Warga, Pesantren, dan Rumah Layak Huni

Indonesia Bebas Skabies 2030, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Purwokerto Luncurkan Satria Andik

Jum'at, 26 Januari 2024 | 17:03 WIB
header img
Indonesia Bebas Skabies 2030, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Purwokerto Luncurkan Satria Andik. Foto: Tangkapan Layar

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) Cabang Purwokerto menggelar Webinar dan Dry Workshop Deteksi Dini Skabies di lingkungan pondok pesantren serta meluncurkan Gerakan Masyarakat (GerMas) 'Satria Andik' (Anti Gudik dan Pedikulosis), Kamis (25/1) kemarin. Kegiatan ini digelar untuk memperingati HUT Perdoski Ke-58.

Ketua Perdoski Cabang Purwokerto, dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.D.V.E, FINSDV, FAADV mengatakan jika webinar dan dry workshop deteksi dini skabies dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab Perdoski dalam kegiatan sosial kemasyarakatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan penyakit gudik (skabies) dan pedikulosis.

"Perdoski juga meluncurkan GerMas berjudul Satria Andik, yang merupakan upaya memberdayakan masyarakat non medis dalam mendukung pengentasan penyakit gudik (skabies) dan pedikulosis yang diharapkan pemerintah Indonesia dapat bebas skabies pada tahun 2030," kata dr. Ismiralda dalam keterangannya, Jumat (26/1/2024).

 

Menurut dr. Ismiralda, kegiatan webinar dan dry workshop ini diselenggarakan secara daring dengan narasumber dr. Wibisono Nugraha, Sp.D.V.E dan dr. Achmad Satya Negara, Sp.D.V.E yang menyampaikan materi tentang Pengenalan Skabies dan Deteksi Dini Skabies (DeSkab).

"Webinar ini diikuti oleh 122 peserta dari 26 pondok pesantren di wilayah Kabupaten Banyumas, Tegal, Brebes dan Kebumen serta beberapa tamu undangan dari lingkungan dinas kesehatan dan akademisi Fakultas Kedokteran Unsoed," ujarnya.

Menurutnya, acara dilanjutkan dengan dry workshop yang melibatkan peserta dalam diskusi interaktif mengenai kasus-kasus skabies yang terdapat di lingkungan pondok pesantren dan dipandu langsung oleh dokter Spesialis Dermatologi, Venereologi, dan Estetika (Sp.D.V.E). Cara pengobatan dan langkah-langkah pencegahan penularan skabies, menjadi salah satu topik yang paling banyak diminati dan banyak diajukan oleh peserta dalam sesi tersebut.

"Diskusi ini menjadi salah satu momen penting dalam meningkatkan pemahaman peserta tentang skabies dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi serta mencegah penyebarannya," jelasnya.

Dr. Ismiralda mengatakan jika gerakan masyarakat Satria Andik, dicetuskan oleh Perdoski cabang Purwokerto dengan tujuan memberdayakan masyarakat non medis untuk dapat mendeteksi dini skabies dan penyakit pedikulosis lainnya. Selain itu, mendorong upaya pencegahan penularan di lingkungan sekitar. Gerakan ini diharapkan berlansung secara terus menerus dan juga akan melakukan kaderisasi secara bertahap.

"Pondok pesantren menjadi salah satu sasaran utama, mengingat angka kejadian skabies di pondok pesantren cukup tinggi, sehingga petugas kesehatan di pondok pesantren dapat secara aktif menemukan kasus skabies untuk dapat dilakukan pengobatan di pusat kesehatan terdekat (Puskesmas/dokter umum). Kemudian juga melakukan langkah pencegahan penularan secara serentak di lingkungan pondok pesantren," ungkapnya.

Untuk selanjutnya, jelas dr. Ismiralda, kasus-kasus yang terdeteksi dapat didokumentasikan dalam bentuk laporan dan datanya akan menjadi data dasar kolaborasi penelitian yang akan dilakukan oleh Perdoski cabang Purwokerto dengan FK Unsoed. Ke depan tidak hanya pondok pesantren saja, Satria Andik ini juga akan disosialisasikan ke sekolah-sekolah, ibu-ibu PKK, kader posyandu balita dan lansia, Dinas sosial/panti asuhan/lembaga permasyarakatan dan lain – lain.

"Upaya pengentasan skabies dan pedikulosis tidak akan berhasil hanya dengan mengobati orang yang sakit saja, tetapi juga kepada orang-orang yang tinggal dalam satu tempat tinggal," jelasnya.

Selain itu, upaya lain untuk melakukan pencegahan adalah melakukan perendaman pakaian, handuk, seprai, mukena, sarung, sajadah dengan air panas selama 30 menit. Melakukan penjemuran kasur, alas tidur, sofa, karpet dan lain – lain di bawah sinar matahari dapat dilakukan sebagai langkah pencegahan.

Ia berharap, kerja sama yang baik antara masyarakat awam, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, organisasi profesi, dinas kesehatan dan pemerintah, terutama dalam penyediaan obat oral untuk skabies (ivermectine) bisa menjadi bagian dari upaya eradikasi massal skabies untuk mendukung tercapainya Indonesia Bebas Skabies 2030.

 

Editor : Arbi Anugrah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut