BANYUMAS, iNewsPurwokerto.id - Pernah mendengar makanan khas daerah yang bernama cimplung ? Nah di Banyumas, Jawa Tengah, ada beberapa desa yang menjadi sentra makanan bernama cimplung ini. Makanan ini menjadi khas karena dibuat dengan bahan singkong, ubi, kelapa, talas dan pisang yang di rebus dengan air nira atau air badeg selama 4 jam lamanya.
Cara membuat Cimplung. Foto: Saladin Ayyubi
Uniknya, untuk menikmati lezatnya cimplung ini, penikmat cimplung bisa ikut memasak dan membuat cimplung sebelum dinikmati ramai-ramai di dalam suasana pedesaan yang segar dan alami.
Menuju Desa Sawangan, Kecamatan Ajibarang sebagai salah satu desa sentra cimplung, pengunjung akan di suguhi pemandangan yang indah. Desa yang berada di lembah bukit ini, dikanan kiri jalan desa banyak terdapat pohon kelapa.
Suasana bertambah indah ketika pengunjung dimanjakan dengan pemandangan lain berupa embung desa yang menjadi tujuan wisata di desa tersebut. Nah di rumah Tasirin (52) inilah, penikmat kuliner makanan khas Banyumas bernama cimplung, bisa melihat dan bahkan ikut membuat cimplung.
Setiap hari di rumah Tasirin sudah tersedia bahan untuk membuat cimplung diantaranya, ubi oren, singkong, kelapa dan pisang. Sebelum menikmati lezat dan legitnya cimplung, pengunjung bisa ikut membuat cimplung bersama pemilik rumah. Mereka juga diajari cara mengupas, membersihkan hingga merebus cimplung.
Setelah dikupas dan dibersihkan, bahan untuk cimplung ini kemudian di rebus kedalam wajan besar. Lalu air nira atau air badeg dari pohon kelapa ini dituang hingga penuh diwajan.
Tinggal proses perebusan yang memakan waktu cukup lama ini, pengunjung bisa menunggu sambil menikmati legitnya cimplung. Menikmati lezatnya cimplung dengan beramai-ramai dirumah cimplung ini memang sensasi baru bagi pengunjung.
Apalagi, mereka bisa duduk bersama dialam terbuka pedesaan dengan sajian aneka cimplung dan minuman air nira untuk hidangan lainnya.
Bagi Indah Pangastuti (49) dan sejumlah kawannya yang datang dari Depok Jawa Barat dan Kota Purwokerto ini, membuat cimplung merupakan pengalaman pertama. Apalagi disini mereka ternyata baru pernah melihat bagaimana proses pembuatan cimplung.
“Ini asik yah, kita bisa menikmati makan cimplung tapi juga bisa ikut membuat dan melihat cara pengolahan cimplung dari awal sampai akhir. Saya sendiri suka banget cimplung kelapa muda, mungkin biar wajah ikut awet muda ya…hahaa…,” canda Indah penyuka cimplung ini.
Sementara Titin (49), yang juga penyuka cimplung mengatakan, ia sangat senang bisa menikmati cimplung langsung dari pembuatnya. Selain itu, suasana pedesaan membuat ia terkesima karena menikmati sensasi makan cimplung di depan rumah pembuatnya dengan suasana desa alami merupakan hal baru baginya.
“Ini sensasi berbeda bisa makan cimplung ramai-ramai dengan teman lama saya di sekolah. Apalagi, saya bisa memilih jenis cimplung apa yang saya makan dan itu yang saya bayar,” ujar Titin.
Usaha rumahan Tasirin dan keluarga membuat cimplung ini terbilang sudah sangat lama bahkan lebih dari 15 tahun. Apalagi di desa ini, hampir semua warga setempat membuat cimplung dan membuat gula jawa atau gula merah dari air nira kelapa.
Sementara bagi pengunjung yang ingin menikmati cimplung dengan sensasi pedesaan, Tasirin meminta untuk pesan terlebih dahulu mengingat banyaknya pesanan.
“Usaha ini cukup lama karena di sini hampir sebagian besar masyarakatnya membuat gula merah atau gula jawa. Nah air nira sebagai bahan gula jawa inilah yang kami olah untuk membuat cimplung,” jalas Tasirin.
“Kalau mau makan cimplung disini harus pesan terlebih dahulu karena kami juga harus melayani pesanan ke luar kota dan toko-toko,” Tambahnya.
Harga cimplung yang dijual ini tergantung pada jenis bahannya. Sedangkan untuk perbungkus ukuran cukup besar, dijual mulai harga Rp25 ribu rupiah. Cimplung ini sendiri kuat bertahan hingga 3 hari dengan dimasukkan kedalam lemari es. Cimplung juga bisa digoreng sebagai variasi olahan lainnya.
Nah bagi pecinta kuliner unik ala pedesaan, Anda bisa mampir ke Desa Sawangan, Kecamatan Ajibarang sebagai desa cimplung yang hanya berjarak 20 kilo meter dari Kota Purwokerto atau sekitar 30 menit menuju lokasi.
Editor : Arbi Anugrah