NEW YORK, iNewsPurwokerto.id - Seorang mantan karyawan Instagram mengajukan gugatan kepada Meta, perusahaan induk dari platform media sosial, terkait postingan mengenai konflik Israel-Hamas. Ferras Hamad, menuduh Meta melakukan perlakuan tidak adil dalam mengelola konten yang berkaitan dengan konflik di Jalur Gaza.
Hamad menggugat Meta karena dia dipecat pada bulan Februari yang lalu karena membantu memperbaiki bug yang mengganggu postingan tentang Palestina.
Seorang engineer keturunan Palestina-Amerika Serikat telah bekerja di perusahaan media sosial terkemuka sejak tahun 2021 itu mengajukan tuntutan hukum di pengadilan Negara Bagian California pada bulan Februari yang lalu. Tuntutan tersebut mencakup tuduhan diskriminasi, pemecatan yang tidak sah, dan beberapa tuduhan lainnya.
Hamad menuduh Meta atas sikap bias terhadap warga Palestina. Perusahaan telah menghapus komunikasi internal karyawan mengenai kematian kerabat mereka di Gaza. Selain itu, perusahaan sedang menyelidiki penggunaan emoji bendera Palestina dalam postingan mereka.
Di sisi lain, perusahaan tidak melakukan investigasi terhadap karyawan yang menggunakan emoji bendera Israel atau Ukraina dalam konteks yang sama.
Menurut Hamad, pemecatannya diduga disebabkan oleh sebuah insiden yang terjadi pada Desember 2023 terkait prosedur darurat untuk memecahkan masalah parah yang disebut oleh Meta sebagai SEV atau "site event".
Dia mencatat adanya pelanggaran prosedur dalam penanganan SEV terkait dengan konten yang diposting oleh tokoh Palestina di Instagram. Postingan tersebut tidak terlihat dalam hasil pencarian dan feed.
Dalam satu kasus, Hamad bahkan menemukan video pendek yang diposting oleh jurnalis foto Palestina Motaz Azaiza telah disalah-klasifikasikan sebagai pornografi. Padahal video itu menunjukkan sebuah bangunan di Gaza yang hancur.
Hamad lantas mendapat panduan yang bertentangan dari karyawan lain terkait siapa yang seharusnya bertanggung jawab terhadap SEV. Manajer menegaskan jika SEV bagian dari tanggungjawabnya.
Sebulan kemudian Meta memberitahu Hamad jika dirinya menjadi sasaran penyelidikan. Dia lantas mengajukan laporan menjadi korban diskriminasi internal perusahaan. Setelah itu dirinya dipecat.
Meta beralasan, Hamad melanggar kebijakan perusahaan yang melarang karyawan menangani masalah pada akun orang yang mereka kenal secara pribadi, mengacu pada sang jurnalis foto bernama Azaiza. Namun Hamad menegaskan tak memiliki hubungan pribadi dengan Azaiza.
Sejauh ini belum ada komentar dari Meta terkait gugatan Hamad.
Keluhan yang disampaikan oleh Hamad juga telah diungkapkan oleh para aktivis HAM mengenai moderasi yang dilakukan Meta terhadap konten tentang Israel dan Palestina.
Sejak terjadinya konflik Israel-Hamas pada bulan Oktober 2023, Meta dituduh dengan sengaja membatasi dukungan kepada warga Palestina yang terjebak di tengah-tengah pertempuran.
Hampir 200 karyawan Meta telah mengungkapkan hal yang sama melalui surat terbuka kepada CEO Mark Zuckerberg dan para pemimpin lainnya pada awal tahun ini.
Editor : Arbi Anugrah