Menurutnya, ia memang kerap mendokumentasikan dan mendatangi maestro tari dimanapun. Bahkan sampai ke Palopo, Banyuwangi, Cirebon, Bali hingga Banyumas dengan biaya sendiri.
"Termasuk di sini (Desa Plana) dan sebagainya itu yang selalu saya lakukan. Dengan mbok Dariah juga begitu, saya merasakan kedekatan karena sama-sama kita laki-laki yang memerankan wanita, tradisi cross gender itu. Saya mencocokkan juga dengan apa yang saya baca dalam Serat Centhini, itu yang kemudian saya angkat di seminar, di Yale University di tahun 2012, kalau ketemu mbok Dariah 2010," ucapnya.
Kedua penari cross gender ini pun kembali dipertemukan untuk kedua kalinya dalam sebuah acara lengger yang diinisiasi oleh Rianto di Desa Kaliori, Kecamatan Banyumas pada tahun 2016. Bahkan Didik Nini Thowok kala itu telah menyiapkan sebuah hadiah untuk mbok Dariah, berupa gulungan sanggul.
"Pertemuan kedua itu di Kaliori acaranya Rianto, itu kan mbok Dariah tampil, di situ memang saya sengaja menyiapkan oleh-oleh untuk mbok Dariah. Satu gulungan sanggul beserta perhiasannya lengkap, terus mbok Dariah komen karena lihat perhiasan itu "kemelop" katanya, kemelop itu artinya kemilau, berkilau, nah gitu-gitu lucu-lucu pokoknya," cerita Didik.
Bahkan, menurut Didik berdasarkan cerita dari cucu mbok Dariah, gulungan sanggul lengkap dengan perhiasannya itu kerap dibawanya ketika tidur.
"Buat saya itu suatu ikatan emosional dan ikatan batin yang kuat buat saya dengan beliau almarhum. Saya memberikan hadiah itu supaya beliau senang. Sekarang gulungannya dipajang di rumah lengger Banyumas," jelasnya.
Ia juga mengkisahkan pertemuan ketiganya dengan mbok Dariah saat menerima penghargaan dari Keraton Mangkunegaran di Surakarta. Saat itu terdapat enam maestro mendapatkan penghargaan sebagai pelestari budaya dari KGPAA Mangkunegara IX di Pendapa Pura Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah.
"Akhirnya ketemu lagi pada waktu kita bareng-bareng menerima penghargaan dari Mangkunegaran IX, di Surakarta, 2017. Itu ada 6 seniman dari Bali, Jakarta, Solo, Sulawesi, terus ada mbok Dariah, terus saya, kita berenam, dan kita sepanggung lagi. Kita berenam diberikan penghargaan maestro oleh Mangkunegoro ke IX, nah itu pertemuan saya ketiga dengan mbok Dariah," kisahnya.
Editor : Arbi Anugrah