Dalam penanggalan Aboge ini memang berbeda, sebab memiliki selisih waktu satu hari, walaupun demikian angka tahunnya tetap mengikuti tahun Jawa yang lebih muda 78 tahun dibandingkan tahun Masehi.
Ijtihad yang dilakukan Sultan Agung kala itu melalui penanggalan ini adalah untuk menyatukan budaya Islam dengan budaya Jawa. Oleh karena itu, dalam memaknai malam 1 Suro yang dianggap sebagai malam yang sakral, masyarakat Jawa dilarang berkegiatan selain berdoa dan melakukan ibadah.
Larangan Malam 1 Suro
Sebagai masyarakat Jawa menganggap malam 1 Suro sebagai malam keramat dan sakral karena penanggalan Jawa ini dianggap sejalan dengan jagad alam gaib atau bulan paling sakral bagi jagad makhluk halus.
Maka dari itu terdapat sejumlah larangan yang muncul pada saat bulan Suro dan masyarakat Jawa menjaga larangan ini. Lantas apa saja larangan atau pantangan pada malam satu suro:
1. Tidak boleh Menggelar Hajatan
2. Tidak boleh Membangun atau Pindah Rumah
3. Tidak boleh Berbicara dan Berisik
4. Tidak boleh Keluar Rumah
5. Larangan Berkata Kasar
Tradisi Malam Satu Suro
Selain menjadi malam yang keramat dan sakral, malam 1 Suro bagi masyarakat Jawa juga memiliki keistimewaan. Khususnya bagi masyarakat di Surakarta (Solo), perayaan malam 1 Suro biasanya digelar arak-arakan kirab kebo bule atau kerbau putih.
Sementara untuk masyarakat Yogyakarta, malam 1 Suro di gelar kirab benda pusaka seperti keris. Di mana dalam setiap kegiatan tradisi tersebut, akan diselingi dengan doa dan ritual untuk ketentraman dan keselamatan.
Sebagian lainnya, menyambut malam 1 Suro atau malam tahun Baru Islam, dilakukan tahlilan atau adzan keliling di setiap persimpangan jalan. Kegiatan ini kerap dilakukan bersamaan dengan pawai obor untuk menghindari petaka atau kecelakaan disetiap persimpangan jalan tersebut.
Demikianlah ulasan malam 1 suro yang jatuh bersamaan dengan 1 Muharram dan sering dianggap keramat dan sakral bagi sebagian masyarakat Jawa. Semoga informasi ini bermanfaat.
Editor : Arbi Anugrah