Lantas apa jawaban perwira menengah itu? Ini lah yang sungguh mengejutkan. Perwira menengah itu menyebut bahwa sebenarnya dia tidak pernah berniat mengirim surat ke Pak Harto. Masalahnya, dia dipaksa oleh sekelompok orang.
Menurut versinya, pemimpin kelompok itu sakti semacam dukun. Bahkan disebutnya orang Timur itu bisa membunuh dari jauh. “Makanya saya nekat,” ucapnya, ditirukan Kahardiman.
Cerita belum berhenti di situ. Menurut perwira menengah tersebut, dukun itu menyuruhnya membuat surat permintaan menjadi gubernur Jawa Barat. Sang perwira makin ketakutan karena dukun tersebut memperlihatkan api di tangannya seolah-olah menegaskan kesaktiannya.
Kahardiman tentu saja heran. Penasaran, dia mempertanyakan dari mana sang perwira menengah itu mengenal pria yang diklaim dukun tersebut. Rupanya berawal dari obrolan saja. Perwira itu menanyakan kepada dukun kenapa kariernya di AU mandek.
Bukannya mendapat pertolongan, eh ujungnya malah dia harus kirim surat ke presiden. Suatu hal yang ketika itu bukan saja dianggap tidak sopan, tapi benar-benar di luar kepatutan. Jangankan perwira menengah, jenderal TNI saja belum tentu menyurati Soeharto jika tidak ada keperluan penting urusan negara.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta