Hamas kini dianggap lebih dari sekadar organisasi; ia telah menjadi ide dan sistem. Menurut Ralph Goff dari CIA, serangan Israel selama 10 bulan hanya melemahkan Hamas, tetapi tidak menghancurkannya. Joseph L. Votel dari Angkatan Darat AS berpendapat bahwa Israel tidak akan bisa membebaskan sandera di Gaza tanpa negosiasi, karena sistem organisasi Hamas sudah teruji.
Wakil Menteri Luar Negeri AS, Kurt Campbell, juga meragukan kemungkinan kemenangan total Israel di Gaza dan membandingkannya dengan perang di Afghanistan pasca 9/11. Menurutnya, solusi politik diperlukan untuk menyelesaikan konflik dengan Hamas, bukan perang semata.
Hamas terus melakukan perlawanan dengan serangan yang terus-menerus, memaksa pasukan Israel berpindah-pindah lokasi. Meski menghadapi serangan hebat, para pejuang Hamas masih mampu meluncurkan roket ke Tel Aviv.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap bersikeras bahwa Hamas bisa dikalahkan, meskipun banyak pengamat menganggap kebijakan ini membawa Israel ke perang tanpa akhir.
Ketegangan internal pemerintahan Israel juga meningkat, termasuk dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, yang meminta penjelasan tentang arah perang dan militer Israel yang berusaha membebaskan sandera sejak 7 Oktober. Oposisi dan warga Israel mendesak pemilu dipercepat untuk mengganti Netanyahu dan kabinetnya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta