Dilansir Reuters, Qaani juga tidak mendapat penghormatan yang besar dari para anggota Al-Quds, seperti yang terjadi pada Soleimani. Selain itu, ia juga tidak dekat dengan sekutu Al-Quds yang ada di negara-negara Timur Tengah lainnya.
Qani diangkat menjadi wakil komandan Pasukan Quds pada tahun 1997. Di tangannya, sayap militer luar negri IRGC ini menangani operasi militer asing Iran. Pasukan Quds juga memberikan bagi front paramiliter sekutu di semua wilayah Timur Tengah.
Qaani semakin menonjol kepemimpinan usai menggantikan Qassem Soleimani pada 2020. Ia melanjutkan peran Soleimani dalam mempererat hubungan antar-sekutu Iran termasuk Hizbullah, milisi Syiah di Irak, dan Houthi di Yaman.
Sebagai pemimpin, Qaani bertugas mengkoordinir seluruh pasukan Al-Quds yang ada di Timur Tengah serta di wilayah lain yang ada di seluruh dunia. Saat mulai menjabat sebagai pemimpin Al-Quds, ia bersumpah akan menumpas seluruh pasukan AS di Timur Tengah sebagai bentuk balasan atas kematian Soleimani.
"Kami berjanji untuk melanjutkan jejak Soleimani dengan kekuatan yang sama. Satu-satunya kompensasi bagi kami adalah mengusir Amerika dari wilayah tersebut," kata radio pemerintah Iran mengutip pernyataan Qaani menjelang pemakaman Soleimani di Teheran, seperti dikutip Reuters.
Pada 2012, pemerintah AS sudah menetapkan Qaani sebagai teroris. Hal ini lantaran dirinya diduga terlibat dalam memasok senjata kepada kelompok teroris yang ada di Gambia.
Pengaruh Qaani sangat kuat. Kendati demikian, Qaani mengalami kendala dalam bahasa. Ia kurang fasih berbahasa Arab sehingga cukup berhati-hati saat membangun hubungan dengan sekutu Iran.
Ia berjanji melanjutkan misi Soleimani untuk mengusir pasukan Amerika Serikat dari Timur Tengah. "Satu-satunya kompensasi bagi kami adalah mengusir Amerika dari kawasan tersebut (Timur Tengah)," kaya Qaani seperti, dikutip Times of India.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta