Salah seorang warga, Partimi (27), mengakui kalau di Desa Klaces banyak uang lusuh yang masih beredar. “Kebetulan saya jualan gorengan. Jadi, banyak sekali yang membeli denga uang lusuh Rp1.000 atau Rp2.000 hingga Rp5.000,”katanya.
Pelayanan penukaran. (Foto: Elde Joyosemito)
Kadang, lanjutnya, juga yang membeli uang dengan recehan Rp20 ribu atau Rp50 ribu, dirinya tidak memiliki kembalian uang receh kecil. “Tidak jarang saya sulit mendapatkan uang receh kecil. Sehingga kalau kurang Rp5.000 atau Rp2.000, ya ninggal uang di sini dulu, istilahnya nabung. Besok kalau beli lagi ke sini, jika kurang tinggal menambah saja,”ujarnya.
Sementara, pedagang warung di Desa Klaces, Rina Ayu Safitri (22) mengakui kerap kesulitan uang pecahan kecil seperti Rp 1.000 atau Rp. 2. 000 sebagai kembalian di warungnya.
“Untuk menukarkan uang, saya harus ke bank di Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Saya menukarkan uang sekaligus kulakan atau belanja sembako untuk dijual lagi di Klaces,”ujarnya.
Di sela-sela penukaran uang, tim BI Purwokerto juga memberikan sosialisasi Cinta Bangga Paham Rupiah kepada masyarakat di Desa Klaces dan siswa siswi SMA Negeri 1 Kampung Laut.
Sosialisasi Cinta Bangga Paham Rupiah ini dilakukan dengan bekerja sama Komunitas Guru Penggerak di Kabupaten Cilacap. Dengan memberikan informasi agar masyarakat cinta bangga dan paham rupiah, sehingga akan lebih menjaga uang dan bijak dalam berbelanja.
Editor : EldeJoyosemito