Hijrah Utama, salah satu peneliti, menjelaskan bahwa beberapa spesies yang ditemukan, seperti Elang Jawa (Nizaetus bartelsii), Owa Jawa (Hylobates moloch), dan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas), merupakan spesies yang status konservasinya kritis.
“Keanekaragaman ini menunjukkan bahwa kawasan Perbukitan Sisik Naga masih memiliki ekosistem yang relatif terjaga,” tambah Hijrah, yang juga merupakan penyuluh kehutanan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah.
3. Lokasi dan Ancaman Kelestarian
Perbukitan Sisik Naga merupakan kawasan hutan yang membentang di utara Purbalingga, meliputi Kecamatan Rembang, Karangmoncol, Karanganyar, Karangjambu, hingga Karangreja. Nama "Sisik Naga" disematkan karena topografi berbukitnya menyerupai sisik naga jika dilihat dari Google Earth.
Namun, kelestarian kawasan ini terancam oleh aktivitas perburuan liar, penebangan, fragmentasi habitat, dan perambahan hutan yang telah memasuki kawasan hutan lindung. Oleh karena itu, pendataan ini diharapkan dapat menjadi dasar kampanye pelestarian lingkungan.
4. Pentingnya Pelestarian
Ekspedisi yang berlangsung pada 25-28 Oktober 2024 dan dilanjutkan pada 16-30 November 2024 ini dilaksanakan oleh komunitas pecinta alam Purbalingga bersama peneliti dari Bio-Explorer, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED).
Selain itu, program ini mendapat dukungan dari Yayasan Astra Honda Motor (AHM) sebagai sponsor utama. Hal ini sejalan dengan komitmen Yayasan AHM dalam mendukung konservasi biodiversitas dan aksi terkait perubahan iklim sesuai target SDGs.
Gunanto menegaskan pentingnya melibatkan masyarakat dalam pelestarian kawasan Perbukitan Sisik Naga. “Kawasan ini adalah benteng terakhir keanekaragaman hayati di Purbalingga. Penting untuk menjaga kelestariannya agar kekayaan flora dan fauna yang ada tidak punah,” tutupnya.
Editor : EldeJoyosemito