Penjurusan SMA Kembali Diterapkan 2025, Guru dan Praktisi Dukung Demi Fokus Belajar Siswa

Heriyanto juga menyoroti belum sinkronnya kurikulum SMA dengan kebutuhan perguruan tinggi. Ia menyebut, beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tetap mensyaratkan kelulusan mata kuliah dasar seperti fisika, kimia, dan biologi pada tahun pertama, terlepas dari jurusan yang dipilih mahasiswa.
“Sehingga mata pelajaran tersebut, tetap diajarkan sebagai bekal di PTN nantinya, termasuk untuk pilihan IPS. Karena apabila siswa yang memiliki cita-cita menjadi akuntan dapat melepaskan geografi atau sosiologinya. Namun apabila berubah menjadi ahli hukum diberikan syarat kedua pelajaran tersebut akan dipelajari saat di perguruan tinggi,” pungkas Heri.
Di sisi lain, Guru Geografi SMA Pangudi Luhur II Servasius Bekasi, Ignasius Sudaryanto, turut menegaskan bahwa sistem tanpa penjurusan membuat siswa kebingungan dalam memilih mata pelajaran. Tak jarang, pilihan tersebut tak sesuai dengan jurusan kuliah yang akhirnya mereka tempuh.
“Sekolah juga kesulitan dalam manajemen jam pelajaran guru. Ada mapel yang peminatnya sedikit, sehingga guru kekurangan jam dan berpengaruh pada tunjangan profesi. Tapi ada juga mata pelajaran yang justru kelebihan siswa,” terangnya.
Sudaryanto menyatakan setuju penuh jika sistem penjurusan seperti IPA, IPS, dan Bahasa kembali diberlakukan. Menurutnya, hal ini membuat proses pembelajaran lebih terarah, serta memudahkan sekolah dalam pengelolaan tenaga pengajar.
Editor : Arbi Anugrah