Los Angeles Memanas, Korps Marinir Turun Tangan

CALIFORNIA, iNewsPurwokerto.id— Ketegangan di Los Angeles semakin membara. Setelah pengerahan 2.000 personel Garda Nasional pekan lalu, kini pasukan Korps Marinir Amerika Serikat diturunkan untuk mengendalikan demonstrasi besar-besaran yang dipicu oleh kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump.
Langkah tersebut menyulut kontroversi baru, terutama karena pengerahan militer ini dilakukan tanpa koordinasi dengan pemerintah lokal.
Gubernur California Gavin Newsom dan Wali Kota Los Angeles Karen Bass mengecam keputusan pemerintah federal yang dianggap berlebihan dan mengabaikan prosedur konstitusional.
Komando Utara AS mengonfirmasi pengerahan sekitar 700 personel Korps Marinir dari Batalion ke-2, Marinir ke-7, Divisi Marinir ke-1 ke Los Angeles County.
Mereka akan bergabung dengan Satgas 51 yang beroperasi di bawah komando Title 10—hukum federal yang memungkinkan pengerahan pasukan aktif untuk tugas domestik.
Pengerahan ini mengesankan seolah-olah Los Angeles adalah zona konflik bersenjata. Sebagaimana diketahui, Korps Marinir merupakan matra tempur yang biasa diterjunkan ke wilayah krisis global, bukan urusan demonstrasi sipil.
"Penggunaan pasukan tempur untuk menghadapi warga sipil sangat tidak proporsional," ujar Gubernur Newsom dalam wawancara dengan MSNBC.
Ia menilai pengerahan itu sebagai tindakan ilegal dan tidak bermoral. “Trump sedang menyulut bahan bakar ke dalam api yang sudah menyala.”
Gubernur Newsom menegaskan bahwa pemerintah negara bagian tidak pernah meminta pengerahan Garda Nasional, apalagi pasukan marinir.
Ia bahkan menyatakan Gedung Putih tidak pernah berkonsultasi dengannya mengenai langkah tersebut.
Selain itu, razia dan penggerebekan yang dilakukan petugas Imigrasi dan Bea Cukai federal (ICE) di wilayah Los Angeles juga berlangsung tanpa koordinasi dengan otoritas setempat.
Menurut pengamat, langkah Trump ini memicu spekulasi adanya motif politik, mengingat California merupakan wilayah yang dikuasai Partai Demokrat.
“Ini bukan hanya tentang keamanan. Ini tentang kontrol politik dan unjuk kekuatan,” kata seorang analis kebijakan dalam wawancara dengan media lokal.
Perseteruan antara Presiden Trump dan Gubernur Newsom makin terbuka ke publik. Dalam pernyataannya, Trump menuding Newsom gagal mengendalikan situasi di California dan menyatakan akan mengambil alih kendali Garda Nasional.
Sebagai respons, Newsom menyatakan akan mengajukan gugatan hukum terhadap pemerintah federal. “Kami akan menguji legalitas tindakan ini di pengadilan,” tegasnya.
Sementara itu, di lapangan, kerusuhan masih berlangsung. Mobil-mobil dibakar, toko-toko dijarah, dan ribuan demonstran berhadapan langsung dengan aparat bersenjata.
Seorang jurnalis bahkan dilaporkan tertembak saat meliput demonstrasi, memicu gelombang kecaman terhadap tindakan represif aparat.
Demonstrasi yang meletus sejak Jumat pekan lalu awalnya merupakan bentuk protes terhadap kebijakan imigrasi Trump yang dinilai diskriminatif dan tidak manusiawi. Namun, tindakan keras dari aparat membuat situasi semakin panas.
Kini, dengan hadirnya marinir di jalan-jalan Los Angeles, suasana mencekam tak terhindarkan. Banyak warga sipil menyuarakan kekhawatiran akan meningkatnya kekerasan, sementara komunitas imigran merasa terpojok dan terancam.
Di tengah suhu politik yang tinggi dan pertarungan hukum yang akan segera dimulai, satu hal menjadi jelas bahwa Los Angeles sedang menghadapi salah satu krisis sosial-politik terbesar dalam beberapa dekade terakhir.
Editor : EldeJoyosemito