get app
inews
Aa Text
Read Next : Dinkes Ungkap Hanya Satu SPPG di Banyumas yang Kantongi Sertifikat Higiene

Bupati Banyumas Paparkan Pengelolaan Sampah di Kuala Lumpur Sustainability Summit 2025

Rabu, 15 Oktober 2025 | 17:21 WIB
header img
Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, menjadi salah satu pembicara dalam sesi Mayor’s Dialogue pada ajang Kuala Lumpur Sustainability Summit 2025 (KLSS 2025). (Foto: Istimewa)

KUALA LUMPUR, iNewsPurwokerto.id Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, menjadi salah satu pembicara dalam sesi Mayor’s Dialogue pada ajang Kuala Lumpur Sustainability Summit 2025 (KLSS 2025). 

Dalam forum internasional tersebut, Sadewo memaparkan strategi komprehensif Kabupaten Banyumas dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah terpadu yang berkelanjutan dan berbasis partisipasi masyarakat.

“Pengelolaan sampah telah menjadi isu global yang membutuhkan solusi inovatif dan berkelanjutan. Banyumas berupaya memimpin transformasi melalui pendekatan ekonomi sirkular yang menggabungkan teknologi modern dan keterlibatan aktif masyarakat,” ujar Sadewo dalam acara yang berlangsung Selasa hingga Kamis (14-16/10/2025).

Menurutnya, Banyumas yang berpenduduk lebih dari 1,8 juta jiwa menghasilkan sekitar 190 ribu ton sampah per tahun, dengan volume harian mencapai 556 ton. Kondisi itu sempat menimbulkan permasalahan serius seperti penumpukan di TPA, kebakaran, hingga polusi lindi. 

“Kami dulu menghadapi biaya operasional tinggi dan keterbatasan fasilitas. Dari situ, kami belajar bahwa perubahan harus dimulai dari masyarakat,” jelasnya di hadapan para peserta dari negara-negara Asean dan perwakilan PBB.

Sadewo menjabarkan bahwa sistem pengelolaan sampah di Banyumas kini terbagi dalam tiga tahapan utama yakni upstream, midstream, dan downstream.

Pada tahap upstream, pemilahan sampah dimulai dari rumah tangga dengan sistem insentif melalui aplikasi digital. 

Tahap midstream dilakukan di pusat pengolahan berbasis komunitas, di mana sampah organik diubah menjadi kompos dan pakan maggot, sedangkan sampah anorganik diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF) atau bahan daur ulang. 

Pada tahap akhir, sisa sampah diproses dengan teknologi pyrolysis non-incineration sehingga tidak ada limbah yang tersisa di TPA.

“Hasilnya sangat signifikan. Hingga 2022, kami berhasil mengurangi timbunan sampah hingga 85 persen dan menciptakan lapangan kerja baru bagi sekitar 1.500 warga. Ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga berdampak ekonomi,” ujar Sadewo.

Selain mengurangi emisi metana, penggunaan RDF dan biomassa di Banyumas juga membantu menekan ketergantungan terhadap batu bara. Menurut Sadewo, inovasi ini menjadi bagian dari komitmen Banyumas dalam mitigasi perubahan iklim serta mendukung pertanian berkelanjutan melalui kegiatan kompos dan budidaya maggot.

Dalam forum tersebut, Sadewo juga mengajak negara-negara ASEAN untuk memperkuat kerja sama internasional di bidang pengelolaan sampah. “Model Banyumas dapat direplikasi oleh daerah lain di Asia Tenggara. Kolaborasi dan pertukaran teknologi akan mempercepat terciptanya kawasan yang lebih bersih dan berketahanan iklim,” katanya.

Atas berbagai inovasi tersebut, Kabupaten Banyumas telah meraih sejumlah penghargaan bergengsi, di antaranya Indonesia Green Awards, Proklim Climate Village Awards, dan program unggulan ‘Sampah Beruang’ yang masuk dalam 45 besar inovasi pelayanan publik terbaik nasional.

“Transformasi Banyumas adalah bukti bahwa kolaborasi masyarakat, teknologi inovatif, dan dukungan regulasi yang kuat dapat menciptakan perubahan nyata bagi lingkungan,”pungkas Sadewo.


 

Editor : EldeJoyosemito

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut