Pilot Project Gas Rawa untuk Penerangan Jalan Desa, Dorong Kemandirian Energi
BANJARNEGARA, iNewsPurwokerto.id – Upaya mengembangkan sumber energi baru terbarukan (EBT) terus dilakukan untuk mengantisipasi menipisnya cadangan energi fosil serta menekan dampak lingkungan yang ditimbulkannya.
Salah satu inovasi yang kini tengah dikerjakan adalah pemanfaatan gas rawa sebagai sumber energi alternatif di Kabupaten Banjarnegara.
Cabang Dinas ESDM Wilayah Serayu Tengah bekerja sama dengan Program Studi Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) melaksanakan pilot project pemanfaatan gas rawa untuk penerangan jalan desa di Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara. Program ini menjadi bagian dari upaya mewujudkan desa mandiri energi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dosen Teknik Geologi Unsoed Dr. Ir. Indra Permanajati, ST, MT yang terlibat dalam riset ini, menjelaskan bahwa pemanfaatan gas rawa merupakan langkah strategis dalam mendukung ketahanan energi daerah.
“Gas rawa atau biogenic shallow gas terbentuk secara alami akibat proses dekomposisi bahan organik oleh bakteri anaerob. Kandungan utamanya adalah metana sehingga dapat digunakan untuk menggantikan LPG,” jelasnya.
Provinsi Jawa Tengah memiliki potensi gas rawa cukup besar, yakni sekitar 14,47 juta SCF (Standard Cubic Feet), dengan 1,63 juta SCF berada di Kabupaten Banjarnegara. Sumber gas tersebut berada di akuifer dangkal kedalaman 0–50 meter dan dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat dengan teknologi sederhana.
Menurut Indra, pemanfaatan energi alternatif ini memiliki nilai strategis dan manfaat ekonomi yang nyata bagi masyarakat.
“Diversifikasi energi seperti ini bukan hanya memberikan pilihan energi yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga mendukung kemandirian energi desa dan mendorong tumbuhnya ekonomi sirkular,” tegasnya.
Selain untuk penerangan jalan, gas rawa juga berpotensi dimanfaatkan untuk pengolahan hasil pertanian seperti mesin pengering kapulaga, hingga penggerak pompa air untuk irigasi lahan pertanian.
“Jika masyarakat bisa mengelolanya secara optimal, maka manfaatnya akan jauh lebih luas daripada sekadar kebutuhan rumah tangga,” imbuh Indra.
Program ini sekaligus menjadi sarana edukasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan EBT secara berkelanjutan. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap energi alternatif, pemerintah berharap ketergantungan terhadap energi fosil terutama LPG dapat berkurang secara bertahap.
Upaya ini sejalan dengan target bauran energi nasional yang menargetkan kontribusi EBT sebesar 23% pada 2025 dan 31% pada 2050. Jawa Tengah turut memasang target ambisius, masing-masing sebesar 21,32% pada 2025 dan 28,82% pada 2050, sebagaimana tertuang dalam RENSTRA 2024–2026 Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah.
“Banjarnegara memiliki potensi energi alternatif yang luar biasa. Dengan riset yang kuat dan keberpihakan kebijakan, kami optimistis pemanfaatan gas rawa bisa menjadi model pembangunan energi desa yang terintegrasi di Jawa Tengah,” pungkas Indra.
Editor : EldeJoyosemito