BUNG Karno menjadi kader Muhammadiyah sejak masa perang kemerdekaan. Lebih dari itu Bung Karno juga pernah penah menjadi guru di lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyebut hal itu menjadi contoh kedekatan istimewa Bung Karno dengan Muhammadiyah.
“Sejak menimba ilmu dan mengajar di rumah Hos Cokroaminoto, Bung Karno tertarik pada pikiran-pikiran Kyai Dahlan yang menghadirkan kemajuan. Setelah itu, Bung Karno resmi menjadi anggota Muhammadiyah,” tutur Haedar Nashir dikutip dari laman Muhammadiyah beberapa waktu lalu.
Pada 1938 saat Bung Karno dibuang ke Bengkulu oleh kolonial Belanda, Haedar mengisahkan bahwa Putra Sang Fajar tersebut resmi menjadi anggota dan pengurus pendidikan Muhammadiyah.
Selepas pengasingan di Bengkulu lalu menjadi presiden, Bung Karno tetap merawat identitas kemuhammadiyahannya.
Di Ende, kata Haedar, Bung Karno memperkenalkan pemikiran-pemikiran Islam yang progresif dan mengutarakan alasan bergabung Muhammadiyah. Dengan tegas Bung Karno menuturkan bahwa Muhammadiyah sejalan dengan alam pikirin dirinya yakni menghadirkan Islam yang progresif.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta