BANYUMAS, iNews.id - Kesenian tradisional tari khas Jawa ternyata mengundang antusias untuk warga negeri Sakura, Jepang. Tak sedikit dari mereka yang belajar tarian tradisional Jawa.
Rianto, penari ternama asal Banyumas menyebut, peminat tari Jawa warga Jepang berasal dari semua kalangan usia. Bagi mereka warga Jepang, menari tradisional khas Jawa adalah wujud dari kedamaian.
Ia pun menyebut negara tersebut ibarat rumah kedua untuknya. Selain, karena ia memperistri seorang wanita Jepang bernama Mirai Kawasima, pria jebolan ISI Solo tersebut juga mendirikan sebuah sanggar tari Jawa bernama Dewandaru Dance Company. Sanggar tersebut ia dirikan sejak tahun 2006 silam.
"Di situ, saya mencoba menawarkan tari Jawa untuk mereka, nah Ketika saya menawarkan tari Jawa, kebetulan mereka cocok dan kebetulan istri saya itu guru tari modern dance dan jazz dance di sana. Jadi, banyak murid2 dari istri saya yang ikut istri saya, melanjutkan tari Jawa," katanya ditemui Purwokerto.iNews.id.
Perpaduan gerakan tarian Jawa, menurut warga Jepang, adalah perpaduan yang unik. Diselaraskan dengan kostum yang mewah, mencerminkan bahwa tarian khas Jawa adalah wujud kedamaian bagi para pelakunya.
"Mereka sangat senang sekali dengan tari Jawa yang lembut, kadang sigrak, terus energic, terus kostumnya juga mewah, kemudian jari jemarinya juga lentik, seperti itu," katanya.
"Mereka suka dengan hal semacam itu dan yang paling penting adalah tari Jawa bagi mereka adalah sebuah kedamaian, untuk kedamaian Jiwa, karena mobilitas di Jepang itu sangat tinggi, jadi hidupnya sangat cepat di sana. Jadi, perlu sesuatu yang memang untuk mengontrol kecepatan itu," lanjutnya.
Menurut Rianto, orang-orang di negeri matahari terbit itu memiliki mobilitas yang sangat tinggi. Kehidupan sehari-hari mereka dipadati oleh rutinitas pekerjaan yang dilakukan secara disiplin.
Dari gaya hidup itulah, Rianto melihat adanya celah bahwa orang-orang di sana membutuhkan sebuah ruang yang ia sebut sebagai fleksibilitas rasa.
Orang-orang tentu patut berbangga atas hal itu, sebab, kesenian daerah mereka dipelajari oleh negeri yang pernah menduduki Indonesia kurang lebih 3 setengah tahun lamanya.
Pria yang lahir pada 7 September 1981 di Desa Kaliori, Kalibagor, Banyumas ini telah berkeliling ke sejumlah negara membawakan berbagai macam tarian Jawa dengan kemasan kontemporer.
Sampai saat ini, dirinya telah menciptakan 3 karya sepanjang kiprahnya di dunia tari, yakni Medium (2016), Kucumbu Tubuh Indahku (2018), dan Hijrah (2021).
Editor : Arif Syaefudin