Jenis program STK yang diambil bergantung pada program studi S-1 yang menjadi pilihan calon mahasiswa. Sebagai contoh, untuk program teknik, sains dan matematika, jenis program STK yang diambil adalah T. Berbeda dengan program bisnis, ilmu sosial dan ekonomi, program STK-nya adalah W. Program kedokteran, biologi dan farmasi, mensyaratkan program STK dengan kode M, sementara untuk program humaniora, desain/seni, program STK-nya adalah G. Terakhir, untuk program/jurusan bahasa, program STKnya adalah S.
Usai menempuh studienkolleg selama dua semester, para peserta wajib mengikuti asesmen akhir yang disebut Feststellungsprüfung (FSP). Setelah lulus FSP, maka calon mahasiswa bisa mendaftar dan menempuh studi S-1 di kampus tujuan.
Hingga kini, diterangkan Atdikbud Ardi, hampir semua universitas negeri di Jerman menerapkan kebijakan no tuition fee kepada seluruh mahasiswa, termasuk mahasiswa internasional.
Sedikit berbeda dengan SMA/MA, calon mahasiswa yang akan mendaftar dengan ijazah SMK harus sudah menempuh studi di universitas di Indonesia selama satu tahun baru kemudian mendaftar program STK. Persyaratan ikut program STK tidak berlaku jika calon mahasiswa pemegang ijazah SMA dan SMK telah menempuh pendidikan program sarjana di Indonesia selama minimal empat semester atau dua tahun.
“Dengan kata lain, mereka langsung dapat mendaftar pada program sarjana yang menjadi tujuan studinya di Jerman,” ucap Ardi.
Ardi juga menyampaikan bahwa saat ini terdapat sekitar delapan ribu Pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Jerman. Selain terkenal dengan biaya pendidikan yang murah, Jerman juga menawarkan keindahan alam dan berbagai fasilitas publik inklusif yang dapat diakses seluruh masyarakat.
Mahasiswa yang studi di Jerman juga mendapatkan kesempatan untuk kerja paruh waktu dan yang paling menarik adalah setelah menyelesaikan pendidikannya, mereka diberikan kesempatan untuk mencari kerja di Jerman.
“Harapannya, semakin banyak talenta muda Indonesia yang dapat menempuh pendidikan tinggi di Jerman dan kembali ke tanah air untuk membangun bangsa,” tutup Atdikbud Ardi.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait