Selain perkebunan tebu, daerah Wonosobo kaya dengan hasil perkebunan tembakau dan pertanian. Hasil pertanian dan perkebunan tembakau di daerah Wonosobo sebelah utara (Dieng) juga diangkut oleh kereta api.
Ketika masa jaya, satu rangkaian kereta api terdiri dari gerbong barang dan kereta penumpang.
Satu rangkaian kereta api dapat mencapai 5 kereta atau gerbong. Gerbong barang biasanya adalah hasil bumi seperti sayuran dan tembakau. Waktu itu, jadwal kereta adalah dua kali dari Wonosobo yaitu pagi dan sore. Kemudian dua kali dari Purwokerto yaitu pagi dan sore juga. Sehingga ada dua angkaian yang digunakan. Diantara stasiun-stasiun, yang memiliki Dipo adalah Stasiun Purwokerto, Stasiun Banjarnegara dan Stasiun Klampok.
Namun demikian, sejarah panjang perjalanan KA Purwokerto-Wonosobo ditutup pada 1978. Penyebabnya, kalah bersaing dengan moda yang menggunakan jalan raya.
Yang paling teerakhir tersisa adalah KA dengan rute Purwokerto – Purwokerto Timur (5 km). Operasinya akhirnya juga terhendi pada tahun 1985.
Sejarah membuktikan, bahwa KA rute Purwokerto-Wonosobo tidak hanya mengangkut hasil bumi, tetapi juga penumpang. Beberapa waktu lalu, sempat muncul wacana reaktivasi jalur Purwokerto-Wonosobo.
Tentu saja, misinya sudah lain. Tidak mengangkut hasil bumi, melainkan penumnpang. Karena kalau diaktifkan, maka bakal mendorong sektor pariwisata. Mungkinkah?
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait