Di tempat yang sama, Direktur TRMS Serulingmas Banjarnegara Lulut Yekti Adi mengakui kalau pihaknya mengalami kesulitan, bahkan kadang ada penundaan pembayaran kepada penyuplai pakan.
“Pendapatan kami dari pengunjung yang datang. Jika tidak dibuka objek wisatanya, jelas tidak ada pemasukan. Padahal operasional untuk TRMS Serulingmas mencapai Rp250 juta hingga Rp300 juta setiap bulannya. Oleh karena itu, kami menyambut baik adanya program donasi bagi kebun binatang. Karena masih banyak yang membutuhkan untuk menutup operasional,”katanya.
Sementara Direktur Utama Taman Satwa Taru Jurug Surakarta Bimo Wahyu Widodo mengatakan pihaknya berupaya untuk menggandeng pihak-pihak lain secara pentahelik. Ada unsur pemerintah, media, perguruan tinggi, masyarakat dan perusahaan untuk bersama-sama membantu kebun binatang. “Operasional setiap bulan mencapai Rp330 juta. Sementara bantuan dari Pemkot Surakarta mencapai Rp193,5 juta. Sehingga masih kekurangan,”kata Bimo.
Menurutnya, kekurangan pembiayaan bisa diambilkan dari tiket pengunjung yang datang dan upaya bantuan dari pihak ketiga. “Kami juga mempunyai program orang tua asuh. Misalnya, untuk gajah, kami ada bantuan dari perusahaan jamu di Semarang selama satu tahun. Ada juga perusahaan buku di Solo yang membantu biaya pakan selama satu tahun untuk orang utan. Selain itu, tentu juga ada dari pihak lain,”ujarnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait