Di mana keputusan ini diakui oleh Eli hadir dengan konsekuensi yang tidak main-main, karena bisa berakibat fatal jika prosedur yang dilakukan mengalami kesalahan. "Adalah sebuah resiko ketika Anda membiarkan orang lain untuk mendekati bagian mata Anda, bahkan ahli operasi yang terlatih pun bisa membuat kesalahan. Memodifikasi tubuh adalah gaya hidup pengambil risiko," ujar Eli.
Melakukan transformasi diri secara ekstrem ini, dipandang Eli bukanlah sesuatu yang harus dimengerti banyak orang. "Menurut pandangan saya, satu-satunya orang yang akan bisa pernah mengerti dengan baik atas transisi yang saya lakukan adalah diri saya sendiri. Saya tidak berusaha menjelaskannya kepada siapapun. Saya selalu kagum dengan seni itu sendiri, Piccaso adalah inspirasi besar dari saya kecil, terutama seni abstrak walau saya menyukai semua bentuk seni. Body art adalah langkah selanjutnya untuk saya dalam berkembang," tambahnya kepada Mail Online.
Eli kemudian juga mengaku bahwa dirinya ingin terlihat sebagai karakter abstreak dalam salah satu lukisan karya Picasso, yang di mana ia menyenanginya karena hal tersebut adalah abstrak, betul-betul merupakan suatu ekspresi yang murni. Sementara itu, terlepas dari penampilan visualnya yang ekstrim.
Pria satu ini mengaku bahwa kehidupan percintaannya tidak terpengaruh sama sekali, ia mengungkapkan malah sang kekasih, Holly yang juga pecinta body-art malah benar-benar jatuh cinta dengan dirinya. Soal tanggapan negatif dari orang lain terhadap dirinya pun, ia tidak mau ambil pusing. "Yang terbaik sih selalu pujian, selalu enak untuk didengar entah itu datang dari kolektor tato ataupun orang-orang asing yang kebetulan melintas. Paling buruknya ialah selalu saat orang-orang yang sudah berumur, older generation memandang remeh dirimu dan membuat dirimu selalu seakan tidak berharga," tandasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait