Mengawali pemutaran film setiap titik Layar Tanjleb, akan ditampilkan kesenian tradisi khas masing-masing desa. Sehingga harapannya, film mampu menjadi lokomotif ekonomi kreatif di wilayah Banyumas Raya.
Pada program utama, yaitu kompetisi pelajar setingkat SMA se-Banyumas Raya, secara kuantitas pada FFP tahun ini, sedikit menurun. Hal ini dimungkinkan selama pandemi, kegiatan ekstrakulikuler belum aktif. Namun secara kualitas, film-film yang dihasikan pelajar, baik fiksi maupun dokumenter kembali meningkat.
Menurut Direktur Program FFP Nur Muhammd Iskandar, tercatat 16 film pelajar Banyumas Raya yang didaftarkan dan jumlah masing-masing kabupaten bervariatif. “Sebelum dinilai dewan juri, film-film tersebut sudah melalui proses kurasi. Dan menghasilkan 12 film hasil kurasi. 7 film fiksi pendek dan 5 film dokumenter pendek,”ungkapnya.
Sementara film non-kompetisi kiriman dari pembuat film pendek, dokumenter, dan animasi seluruh Indonesia, lanjut Iskandar, ada 39 film. “Menghasilkan 15 film lolos kurasi dan akan diputar di program-program FFP 2022,”ujarnya.
Bakal ada program Jagongan Banyumasan yaitu Temu Pembuat Film Pelajar bagi para pembuat film lintas angkatan, lintas sekolah se-Banyumas Raya, program pemutaran film anak, dan focus on bagi pembuat film dari luar kota. Serta penghargaan Lintang Kemukus bagi seniman tradisi dan modern Banyumas Raya.
Festival Film Purbalingga ini diselenggarakan Yayasan Gairah Sinema Muda (CLC Purbalingga), Jaringan Kerja Film Banyumas Raya (JKFB) didukung Kedung Film Kebumen, Singgasana Multimedia Cilacap, Art Film Banjarnegara, Bioskop Misbar Purbalingga, dan Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Informasi selengkapnya ada di situs www.festivalfilmpurbalingga.id.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait