Event terkemas dalam tiga tahapan seni pertunjukan seperti Napak Tilas Jawa Purba dengan memperkenalkan beberapa tempat Legenda Desa seperti: petilasan batu peninisan, petilasan batu karan, malam Kesenian Jawa Purba, dan juga pertunjukkan kebhinekaan Jawa Purbanya.
"Salah satu tujuan diadakannya event Kesenian Jawa Purba adalah untuk mengingatkan kita bahwa manusia di masa kini tidak terlepas dari sejarah manusia terdahulu," jelasnya.
Kesenian Jawa Purba juga ingin mengajak pengunjung dari luar kota untuk melihat budaya lokal yang diperlihatkan dari bahasa yang digunakan dengan bahasa ngapak atau panginyongan. Selain itu memperkenalkan bahwa bahasa yang dipergunakan oleh warga Desa Sidareja adalah bahasa tertuanya Jawa, dan tetap dilestarikan di desa ini.
"Sajian spesial lainnya juga digelar seperti pameran seni rupa anak Desa, sajian makanan Jawa Purba dengan mempertunjukkan beberapa makanan tradisional yang telah ada berabad lamanya dan tertuliskan dalam beberapa prasasti, relief candi, pararathon ataupun serat lainnya. Sehingga kita terbuka dan mengenal kembali warisan ini," ungkapnya.
Event ini sendiri, lanjutnya, dilaksanakan secara swadaya masyarakat desa yang masih berstatus zona merah dalam perekonomian. Suatu persembahan cinta warga desa Sidareja Purbalingga untuk para leluhur, menguri-uri dan melestarikan warisan seni budaya leluhur.
“Rum Kuncaraning Bangsa Dumunung Haneng Luhuring Budaya" (sabda Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono X), "Harumnya nama dan tingginya derajat suatu bangsa terletak pada budayanya"
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait