"Mulai tahun 1992, saya kelola Puspa Jaya. Sebenarnya saya basic-nya bukan transport. Mau jadi arsitek, makanya saya ambil sekolah di UGM. Tapi garis tangan berkata lain," ujar I Ketut Pasek.
"Ayah itu ada anak 2, satu saya, satu di Yogyakarta. Kuliah di sana tapi dapat istri di sana. Akhirnya dia urus bisnis di sana, saya yang pegang PO Puspa Jaya ini. Ada keputusan keluarga saya harus urus ini," katanya.
I Ketut Pasek mengungkapkan saat pertama kali terjun ke dunia perbusan dirinya tidak tertarik. Namun berhubung ini merupakan bisnis keluarga, dia bertanggung jawab mempertahankannya.
Dia sempat belajar ke Amerika Serikat (AS) mengenai sumber daya manusia sekitar 3 semester. I Ketut banyak belajar dari para awak kendaraan hingga akhirnya dapat mengambil keputusan tepat.
"Saya merancang bangunan. Tapi ini bisnis keluarga, harus dipertahankan. Karyawan juga banyak yang bergantung dengan usaha ini. Kalau tidak diurus sendiri kemistri tidak ada. Bisnis ini sedikit salah maka perbaikan akan lama," kata I Ketut Pasek.
Dia mengaku telah menyiapkan generasi ketiga untuk melanjutkan Puspa Jaya. Pendidikan telah disiapkan dengan harapan ketika sudah terjun, tidak ada lagi rasa kaget seperti yang dialaminya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait