Kehidupan anak-anak kolong pada masa pemerintahan Belanda juga punya warna tersendiri. Pemerintah kolonial terbilang peduli pada pendidikan rendah anak-anak kolong, seperti pemerintah Belanda peduli pada pendidikan anak-anak priyayi atau pembesar pribumi.
Setidaknya untuk anak-anak kolong asal Ambon ada sekolah bernama Ambonschool, yang menurut I.O. Nanulaitta, dalam Timbulnja Militerisme Ambon (1966), berdiri pertama di Magelang—salah satu kota militer di Indonesia yang ternyata sudah ada sejak zaman kolonial. Berdasar keputusan Nomor 20 pada 2 Februari 1879. Tentu saja itu hanya sebagian anak kolong saja yang bisa menikmati sekolah berbahasa Belanda.
Kerasnya kehidupan tangsi yang membentuk watak keras pada anak-anak kolong, membuat mereka terpengaruh untuk menjadi serdadu seperti orang tua mereka. Tak jarang ada keluarga yang turun temurun yang anak lelakinya jadi serdadu. Jika tak jadi serdadu, anak-anak yang dicap anak kolong itu rawan masuk dunia kriminal.
Anak kolong pun sudah terwadahi dalam organisasi Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI) dan Generasi Muda (GM) FKPPI. Berbagai kegiatan positif pun mereka lakukan.
Seperti kehadiran Anak Kolong Bikers Indonesia yang dibentuk Pengurus Daerah IX KB FKPPI se-DKI Jakarta.
Komunitas ini bukan hanya melulu urusan motor saja, tetapi juga mempunyai target mencegah penggunaan narkoba di kalangan anak muda serta pencegahan paham radikal
Anak Kolong Bikers Indonesia bukan geng motor tapi klub yang memiliki nilai sport dan aspek bela negara
Editor : Vitrianda Hilba Siregar
Artikel Terkait