HUT Korps Brimob, Amji Attak Ranger Pasukan Pelopor Bertaruh Nyawa Hadapi Tentara Malaysia

Vitrianda Hilba Siregar
Korps Brimob atau Brigade Mobil pasukan elite Polri pada Senin 14 November 2022 memperingati hari ulang tahunnya ke-77. Foto: Dok

JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Korps Brimob atau Brigade Mobil pasukan elite Polri pada Senin 14 November 2022 memperingati hari ulang tahunnya ke-77.

Sejumlah prestasi manis sudah ditorehkan personel yang mempunyai  semboyan "Jiwa Ragaku Demi Kemanusiaan" ini tak pernah absen dalam memberikan kontribusi untuk menjaga NKRI dan penegakkan hukum.

LIHAT JUGA: Puluhan Jenderal Ngapak Kumpul di Purbalingga, Ada Apa?

Dalam setiap moment penting, Korps Brimob selalu hadir dan tampil di depan. Baik dalam operasi di daerah konflik ataupun operasi kemanusian.

Amji Attak

Nah pada hari ini Senin, 14 November 2022, Korps Brimob merayakan HUT ke-77. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menghadiri momentum perayaan secara sederhana di Pos Pengamanan 91 Command Center ITDC, Bali, Senin (14/11/2022).

LIHAT JUGA: Pilot Pesawat Tempur Alumni ITB Ini Dipercaya Jadi Dankodiklatau, Naik Pangkat Bintang Tiga

"Jadi memang khusus hari ini, hari ulang tahun Brimob yang ke-77 memang kita dalam suasana dan situasi yang berbeda," kata Sigit usai menghadiri momentum peringatan HUT Brimob Polri ke-77.

Namun tahukah siapa personel Brimob yang mempunyai jasa untuk kesatuan serta negara.

Nah salah satunya adalah Amji Attak ranger pasukan Pelopor Brimob yang terkenal keberaniannya. 

LIHAT JUGA: Daniel Mananta Ikuti Kajian Alquran, Sudah Mualaf? 

Amji Attak beretnis atau suku Dayak Kanayatn, berasal dari Desa Kepayang, Kecamatan Anjongan, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat. 

Nah untuk mengabadikannya namanya menjadi Mako Brimob Amji Attak di kawasan Kelapa Dua, Cimangis, Depok, Jawa Barat. Selain itu ada juga patung Amji Attak.

Keberanian Amji Attak tertuang dalam buku "Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013". 

Dikisakan  Perwira pertama Aipda Amji Attak dan timnya Kompi D Yon 32 Pelopor Brimob diberangkatkan dengan misi penyusupan ke Semenanjung Malaya pada tahun 1965. 

Meski Resimen Pelopor Brimob spesialisasi pertempuran hutan bukan peperangan laut, namun prajurit tidak pernah memilih medan tempur. 
Di mana pun mereka bertemu musuh, maka di situlah medan pertempuran digelar. 

LIHAT JUGA: Fatwa MUI Tegaskan Kawin Kontrak Haram
Pukul 08.00 malam, pasukan Pelopor berangkat dari Kampung Kangka di Pulau Bintan dengan tujuan Kota Tinggi di Pantai Timur Malaysia dengan berkendara tiga perahu. 

Pasukan Pelopor dipersenjatai senapan andalan AR 15, pasukan Brimob dan sukarelawan membawa US Carabine dan Lee Enfield. Tim ini juga dilengkapi pelontar granat antitank jenis F 5 yang terpasang di bawah laras AR 15. 

Tepat pukul 04.00 pagi, pasukan bergerak dari kampung Kawal menuju pemberhentian pertama di Teluk Berakit. Mereka kemudian meneruskan perjalanan pada malam hari. 

Ketika memasuki Laut China, tim mendengar deru kapal besar yang tengah mendekat. Agen Polisi Roebino mendengar perintah Aipda Amjiatak agar pasukan menyiapkan senjata dan bergerak memanfaatkan celah di kapal. Amjiatak juga memberitahukan kepada anggota bahwa yang mereka hadapi adalah kapal patroli AL Malaysia. 

LIHAT JUGA: Elon Musk Hadiri G20 Bali Secara Virtual, Mendikbudristek Ajak Mahasiswa Indonesia Berdialog

Ketegangan menyelimuti anggota tim yang segera mengokang senjata. Sekejap kemudian, lampu kapal patroli AL Malaysia menyoroti perahu yang membawa pasukan Pelopor. 

Resimen Pelopor bersiap melaksanakan patroli tempur di Sungai Hiu bersama pasukan Marinir Alugoro I. Foto: Koleksi AKBP (Purn) St Satam/buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, Januari 2013

Anggota langsung menembaki lampu sorot. Sebuah tembakan tepat mengenai anggota AL Malaysia dan sesaat kemudian terjadilah kontak senjata seru di tengah Laut China Selatan. 

Agen Polisi Roebino mendengar beberapa teriakan dan suara tubuh manusia yang tercebur ke laut. Rupanya, beberapa anggota Pelopor dan AL Malaysia tertembak. 

Aipda Amji Attak lalu memerintahkan anak buahnya menembakkan pelontar granat ke arah kapal musuh. Tembakan pertama meleset dan granat jatuh ke laut. Namun, tembakan kedua berakibat fatal bagi kapal patroli AL Malaysia karena tepat mengenai gudang amunisi sehingga kapal meledak. 

Kapal AL Malaysia mengalami kerusakan berat dan mundur dari medan pertempuran. Sembari mundur, AL Malaysia meminta bala bantuan. Tak butuh lama, dua kapal lainnya datang dan langsung memuntahkan meriam dari jarak jauh untuk menghajar perahu pasukan Pelopor.

Pertempuran kedua ini tidak seimbang karena Pelopor yang bersenjatakan senapan ringan dan pelontar granat harus menghadapi fregat AL Malaysia yang dilengkapi meriam dan senapan mesin. Alih-alih menyerah, Amji Attak justru memerintahkan untuk bermanuver mendekati fregat. 

Dia berpikir masih ada harapan pasukan Pelopor selamat atau paling tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar bagi musuh jika melakukan peperangan jarak dekat. Tembakan senapan mesin kaliber 12,7 mm dari kapal musuh perahu pertama dan anggota Pelopor di kapal tersebut tersapu tembakan. Dua perahu lainnya masih memberikan perlawanan dengan tembakan yang sengit. 

Namun, segigih apapun perlawanan dari dua perahu pasukan Pelopor berakhir ketika dua tembakan meriam mengenai samping perahu. Perahu Aipda Amji Attak hancur terkena tembakan meriam dan perwira itu gugur di Laut China Selatan. Dalam pertempuran itu, hampir semua anggota gugur. 

Agen Polisi Roebino yang terlibat pertempuran di Laut China Selatan selamat dengan cara berpegangan pada kaleng biskuit. Dia yang terkena tembakan di kaki kirinya diselamatkan kapal AL Malaysia dan dirawat di rumah sakit militer Johor. Roebino kemudian ditawan di kantor polisi Johor. 

Sebelum dibebaskan dan dijemput rombongan Kolonel Ali Moertopo yang menjadi ketua tim perunding pembebasan tawanan Indonesia, Agen Polisi Roebino menjadi tawanan perang Angkatan Bersenjata Malaysia hingga tahun 1967. 

Di tempat ini, dia mendapat penyiksaan luar biasa karena dituduh komandan pasukan penyusup. “Awalnya tidak mengakui anggota militer Indonesia dan bersikukuh seorang sukarelawan.

Namun, setelah bertemu banyak tawanan dari berbagai kesatuan barulah saya mengakui sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia dari Korps Brimob Resimen Pelopor,” ujar Roebino sebagaimana dituturkan pada buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, Januari 2013.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network