Awalnya, lanjut dia, dirimu hanya menanam di lahan seluas 2.000 meter persegi, setelah itu mulai berkembang menjadi 1 hektare (ha) dalam waktu 1 tahun. Bahkan dalam 5 tahun, luas lahan cabai yang ditanamnya menjadi 10 ha.
Selain cabai, dia juga menanam sayuran lain, seperti jagung manis dan ketela. Dari beberapa jenis tanaman itu, dia bahkan pernah panen sebanyak 500 ton dalam 1 tahun.
Sebelum pensiun menjadi guru, dari hasil itulah akhirnya Suharto bisa membeli Harley Davidson. Dia membeli motor gede dengan harga ratusan juta itu karena merupakan impian dimasa mudanya.
"Soal Harley (Davidson) sejak masih muda lihat yang naik Harley itu kelihatannya nyaman dan temannya banyak, (berpikir) kapan bisa beli, ternyata sebelum pensiun (jadi guru), cabai panen banyak dan harganya lumaya, saya belikan Harley. Sekarang sering touring bersama dengan teman yang punya Harley," tutur Suharto.
Meski demikian, kesuksesan tersebut tidak dia rasakan sendiri, karena dia melibatkan masyarakat sekitar yang tidak memiliki pekerjaan untuk bekerja bersamanya. Jumlah karyawan yang dimiliki sekitar 34 orang.
Para pekerjanya kini sudah memiliki rumah permanen dan dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana.
Selain itu, dia juga bekerja sama dengan perusahaan di Jakarta menanam pepaya seluas 2 ha. Hasil pepaya ini dieskpor ke luar negeri.
"Indonesia adalah negara agraris, mimpi yg tidak bisa tercapai bisa tercapai berkat bertani. Keinginan seperti punya rumah, mobil dan Harley ternyata bisa terpenuhi semua dari hasil pertanian," ucap Suharto.
Dengan capaiannya ini, dia pun mengajak kaum muda untuk bertani. Dia sendiri sudah membuktikan bertani juga bisa menguntungkan, membantu masyarakat sekitar juga negara dalam membenuhi kebutuhan pangan.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait