Cerita Panembahan Senopati Bercinta dengan Kanjeng Ratu Kidul 

Tim iNews
Ilustrasi Kanjeng Ratu Kidul

Johannes Jacobus Meinsma lantas menerbitkan versi prosa dari induk tersebut pada pada 1874 yang dikerjakan Ngabehi Kertapraja. Karya Meinsma direproduksi oleh W L Olthof pada 1941. Namun menurut Merle Calvin Ricklefs, versi Meinsma dianggap bukan sumber utama untuk riset sejarah. 

Dia justru mengakui edisi Olthof. Induk Babad Tanah Jawi juga ditulis Carik Adilangu II yang hidup di masa Pakubuwono I dan Pakubuwono II bertahun 1722.’

Bukan tanpa alasan Penembahan Senopati mendatangi Laut Selatan. Langkah kakinya atas perintah sang Paman, Ki Juru Martani. Panembahan Senopati memang sedang gundah gulana. Dia tak henti berpikir kapan menjadi raja yang menguasai seluruh Tanah Jawa, turun-temurun hingga anak cucu.

Dikisahkan dalam Babad Tanah Jawi, suatu ketika Ki Juru Martani menghampiri Panembahan Senopati yang sedang tiduran di Lipura. Tiba-tiba jatuh bintang bercahaya di dada keponakannya itu. 

Bintang yang sinarnya terang benderang itu lantas berucap memberitahukan bahwa Panembahan Senopati akan menjadi raja di Mataram tanpa tanding. Disegani oleh musuh dan kaya raya. Wangsit dari bintang itu tak urung membuat Raden Bagus Dananjaya atau Raden Ngabehi Saloring Pasar (nama Panembahan Senopati) gelisah. 

Dalam pikirannya, sudah waktunya dia mengambil alih Kerajaan Pajang. Kegelisahan itu ditangkap Ki Juru Martani. Dia mengingatkan, ucapan bintang bercahaya itu tak lain suara gaib yang belum tentu benar. Panembahan Senopati pun bingung.

Editor : EldeJoyosemito

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network