Selain serundeng, pihaknya juga melayani pesanan abon ke luar negeri. “Kami mendapat pesanan abon sapi ke negara Qatar, namun harus digoreng dengan miyak zaitun. Hal ini dilakukan dikarenakan lidah mereka kurang suka gurih dan pedas, sehingga dibuatkan produk khusus,”paparnya pada Kamis (16/2/2023).
Kapasitas produksi setiap harinya lanjut Momo kurang lebih 30-40 kilogram dengan melibatkan 15 karyawan dan akan ditambah seiring besarnya jumlah pesanan. Pesanan bertambah jika memasuki lebaran Idul Fitri yang dijual melalui reseller, ditoko-toko modern dan toko oleh-oleh di Purbalingga.
“Selain melalui reseller sebagai strategi pemasaran utama, kami juga menjualnya di e-commerce, media sosial dan website. Kemudian juga mengikuti berbagai lomba olahan makan yang dilakukan oleh berbagai instansi, hal ini digunakan untuk peningkatan brand abon koki di pangsa pasar,”kata dia.
Untuk mengembangkannya diperlukan riset yang mendalam, terkait pangsa pasar, kualitas produk, strategi pemasaran dan meningkatkan kompetensi SDM, baik di produksi maupun di pemasarannya. “Semoga UMKM Purbalingga terus berkembang dan berjalan, seperti filosofi hidup urip sing urup, yakni hidup untuk menghidupkan banyak orang,”katanya.
Ternyata Perusahaan Abon Cap Koki mulai dirintis pada tahun 1968 oleh Hj Pujiati Imam Subagyo dengan produk utama abon sapi Cap Koki. Seiring dengan perkembangannya usaha ini maka dilakukan penambahan lini produk baru yaitu kering kentang, bumbu pecel dan serundeng.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait