THAILAND, iNews.id - Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dikabarkan menikmati lockdown dan menjalani isolasi mandiri dengan 20 ‘hareem’ yang terdiri atas selir dan banyak wanita pelayan seks di sebuah hotel mewah di kota resor Alpen Garmisch-Partenkirchen bersama rombongannya pada 2020. Hal itu memicu kemarahan puluhan ribu orang Thailand yang sedang berjuang melawan Covid-19.
Vajiralongkorn yang juga dikenal sebagai Rama X, disebut-sebut telah memesan seluruh Grand Hotel Sonnenbichl setelah hotel bintang empat itu menerima "izin khusus" dari dewan distrik untuk mengakomodasi rombongannya.
Tabloid Jerman Bild melaporkan tidak jelas apakah keempat istrinya tinggal di hotel bersama anggota rombongan lainnya.
Wisma dan hotel di wilayah tersebut diperintahkan untuk ditutup karena krisis virus corona, tetapi juru bicara dewan distrik setempat mengatakan Grand Hotel Sonnenbichl adalah pengecualian karena para tamu adalah satu kelompok orang yang homogen tanpa fluktuasi.
Namun, 119 anggota rombongan dilaporkan telah dikirim kembali ke Thailand karena dicurigai terjangkit penyakit pernapasan yang sangat menular itu.
Berita tentang isolasi diri Vajiralongkorn di lokasi mewah langsung menuai kemarahan puluhan ribu orang Thailand, yang mengambil risiko melanggar undang-undang lèse-majesté negara itu dengan mengkritiknya secara online.
Raja dikritik karena meninggakan rakyatnya yang sedang berjuang melawan Covid-19 kala itu. Thailand mencatat 27 kematian dan 2.250 kasus virus corona pada saat itu.
Di bawah undang-undang, siapa pun yang menghina atau mengkritik monarki dapat dipenjara hingga 15 tahun.
Tapi tagar Thailand yang diterjemahkan menjadi "Mengapa kita membutuhkan seorang raja?" muncul 1,2 juta kali di Twitter dalam waktu 24 jam kala itu. Tagar ini semakin viral setelah seorang aktivis mengklaim Vijaralongkorn sedang berlibur di Jerman sementara wabah terus menyebar ke seluruh Thailand.
Aktivis Somsak Jeamteerasakul, yang tinggal di pengasingan di Prancis, memposting serangkaian posting Facebook yang mengklaim Vajiralongkorn terbang dari Swiss ke berbagai titik di Jerman dari awal Maret karena "kebosanan".
Jeamteerasakul adalah kritikus vokal terhadap monarki Thailand dan undang-undang lèse-majesté.
“[Vajiralongkorn akan] membiarkan orang-orang Thailand khawatir tentang virus. Bahkan Jerman khawatir tentang virus [tetapi] itu bukan urusannya,” tulisnya.
The Times melaporkan Raja Thailand tidak tampil di depan umum di negara asalnya sejak Februari kala itu.
Sang Raja diketahui memimpin pemerintahannya di Thailand pada 2016 setelah kematian ayahnya, Bhumibol. Meskipun tidak ada cara untuk mengukur popularitasnya di antara orang Thailand karena undang-undang lèse-majesté yang ketat, namun dia diyakini tidak begitu dicintai seperti ayahnya, yang telah memerintah selama lebih dari 70 tahun.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait